"Duh, terlalu cepat Kak. Usai lebaran saja ya? Ramadan ini aku ingin khusus beribadah tanpa ada gangguan," kataku.
"Loh, memangnya kalau puasa ada suami. Suaminya jadi pengganggu ibadah si istri?" tanya Kak Bilal terdengar bingung.
"Ya, entahlah. Cuma kata kawan-kawan yang sudah menikah. Para suami tuh emang suka godain istrinya gitu," sahutku apa adanya.
Kak Bilal tergelak mendengar jawabanku.
"Niluh, Niluh. Kamu tuh polos sekali ya? Baiklah, baiklah. Kalau kamu inginnya usai lebaran. Aku ikut saja."
"Satu Minggu setelah lebaran ya aku ajak kedua orang tuaku untuk melamarmu?" ujar Kak Bilal.Â
"Ya, pokoknya tunggu hilalnya tampak. Kalau sampai satu Minggu hilalnya belum tampak berarti belum lebaran toh. Masih puasa terus," sahutku.Â
Lagi-lagi terdengar Kak Bilal tergelak. Aku kan berkata apa adanya ya? Kenapa dia tertawa begitu?Â
Itu merupakan percakapanku dengan Kak Bilal atas kesepakatan hubungan ini. Dan kini hilal telah tampak. Wajah Kak Bilal perlahan mulai menyeruak di mimpi-mimpiku. Mimpi seorang gadis yang sebentar lagi akan dipinang orang. (EP)