Bertahun-tahun ia menjalani hidup seperti itu bersama sang ibu yang juga seorang janda. Hidup sederhana namun bahagia.
Tetapi kebahagiaan yang ia rasakan tak berlangsung lama. Sang ibu dipanggil menghadap sang pencipta tanpa meninggalkan warisan sedikit pun.Â
Suci pun kelimpungan mencari nafkah untuk kehidupannya dan sang anak. Ia bukan pembuat kue yang handal seperti sang ibu. Sehingga kue-kue yang ia buat banyak tak lakunya. Bangkrut. Itu yang kemudian terjadi.Â
Atas saran seorang kawan, Suci melamar menjadi tukang ojek online. Dan diterima. Sejak itu ia berstatus tukang ojek online.
Penghasilan dari mengojek cukup untuk biaya hidup yang sederhana. Tak terasa sang anak sudah mencapai kelas 9 alias 3 SMP. Untuk biaya sekolah sang anak ke jenjang SMA, Suci kerja keras mengojek hingga malam hari.Â
Bertahun-tahun menjadi tukang ojek online membuat fisiknya lemah. Apalagi setelah ia kecelakaan ditabrak pengendara motor ugal-ugalan. Satu Minggu tak bisa bangun akibat kecelakaan membuat tabungannya terkuras.Â
Ketika sudah bisa bangun, fisiknya tak sekuat dahulu. Satu, dua hari mengojek esok harinya ambruk alias sakit. Selalu begitu. Tetapi ia tetap jalani semua demi sang buah hati yang kini sudah duduk di bangku SMK.
Buah hati yang tak pernah dianggap oleh keluarga mantan suami. Mantan suami yang tak menafkahi anaknya sendiri. Lelaki yang membuat Suci trauma untuk berumah tangga.Â
Tetapi ia tak lelah berjuang meski raga melemah. Menjadi  orangtua tunggal dan tukang ojek online. Menjalani pilihan hidup dan takdir nasib yang tak seindah mimpinya di awal. (EP)