Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

1001 Kisah Bersama Tabloid Bola (Bagian 2)

30 Oktober 2018   21:52 Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:57 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegemaran saya akan olahraga, baik sebagai pelaku atau penonton sangat terbantu sekali dengan kehadiran Tabloid Bola pada tahun 1984. Apa yang ingin saya ketahui tentang sebuah olahraga, Bola menyajikan liputan dan ulasannya dengan lengkap. Mulai dari sepakbola, bulutangkis, tenis, otomotif sampai tinju. Semua bisa diketahui dengan membaca Tabloid Bola. Bisa dikatakan, Tabloid Bola mengiringi masa-masa ABG saya.

Bagi saya acara yang paling menarik adalah menonton pertandingan olahraga. Maka membeli Tabloid Bola menjadi wajib hukumnya bagi saya. Agar tidak ketinggalan berita terbaru terkait olahraga. Meski harus menyisihkan uang jajan atau malah tidak jajan sama sekali.  Oleh karenanya saya simpan rapi Tabloid Bola yang sudah saya beli dan baca.

Salah satu kolom di Tabloid Bola yang sangat saya sukai adalah kolom "Dari Dekat." Saya lupa sejak kapan kolom itu hadir. Kolom ini merupakan ulasan tentang sosok atlet yang berprestasi di jamannya. Seperti sebuah biografi. Dibuat hingga beberapa bagian. Maka sayang jika terlewatkan satu bagiannya. Oleh karena itu saya tumpuk dengan rapi beberapa tabloid yang sudah saya baca.

Namun pada suatu ketika, saya nyaris histeris ketika sepulang sekolah melihat tumpukan itu berkurang. Begitu saya tanyakan orang rumah, ternyata sebagian dijual karena sudah terlalu banyak. Hanya disisakan sedikit saja, itu pun dengan alasan untuk membungkus sesuatu. Tentu saja saya merasa geram. Tetapi mau marah-marah pun percuma. Tepatnya takut dosa. Sebab ibu yang melakukan hal itu.

Akhirnya saya siasati dengan menggunting beberapa halaman yang dirasa penting dan bermanfaat. Salah satunya dengan menggunting lembaran yang ada di kolom "Dari Dekat" untuk dijadikan kliping. Satu atau dua bagian yang hilang, saya cari lagi melalui perburuan yang cukup nekad jika diingat-ingat saat ini.

Bagaimana tidak? Pertama saya harus mendekati cowok di sekolah yang terkenal angkuh dan dingin. Karena dari hasil bertanya ke sana-sini. Dialah satu-satunya cowok yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Yakni hobi membaca Tabloid Bola serta mengoleksinya.

dokpri
dokpri
Demi kelengkapan kliping saya, akhirnya berhasil juga mendekati cowok tersebut. Saya pun diajak melihat-lihat koleksi Tabloid Bolanya. Dan yang paling membahagiakan, saya diperbolehkan mencari Tabloid Bola yang diinginkan. Serta menggunting kolom yang saya inginkan. Itu kisah yang tak terlupakan sampai sekarang.

dokpri
dokpri
Kisah lainnya, saya nekad mendatangi kantor redaksi Tabloid Bola demi kliping juga. Tentu saja dengan terlebih dulu membuat janji. Itu saya masih berstatus pelajar. Sepulang sekolah saya langsung mendatangi kantor redaksi Bola di daerah Palmerah, Jakarta Barat. Agak ragu-ragu juga sebenarnya. Khawatir tak disambut dengan baik bahkan dicuekin. 

Dan benar saja rasa kekhawatiran saya tersebut. Satpam yang bertugas saat itu menanyai maksud kedatangan saya dengan detail. Begitu saya katakan sudah membuat janji dengan Mba ini. Barulah saya diperbolehkan masuk. 

Tiba di dalam, saya sempat terpana melihat sosok-sosok wartawan yang wajahnya tak asing lagi, karena kerap saya lihat di Tabloid Bola. Terpananya sebab kagum. "Ini toh orang yang tulisannya memberi banyak pengetahuan kepada saya dan para pembaca lain."

dokpri
dokpri
Belum hilang rasa kagum itu, oleh Mba yang membuat janji dengan saya beberapa hari sebelumnya. Saya diajak masuk ke ruangan Sumohadi Marsis. Wah, orang penting di redaksi ini. Ada perasaan bangga sekaligus jiper (takut). Sebab saya bakal ditanya segala macam. Dan memang benar. Beliau bertanya tentang maksud tujuan saya dan segala macam. Selesai diwawancarai (istilah saya). Oleh beliau saya dibawa ke ruangan lain. Di sana ternyata saya dikenalkan dengan Ian Situmorang. Tahulah siapa beliau? Perasaan saya saat itu tak terlukiskan senangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun