Mohon tunggu...
Deni Ainur Rokhim
Deni Ainur Rokhim Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa/Researcher

Dikala pena lebih tajam, alangkah baiknya pena tersebut menjadi alat dakwah dan informasi yang berkarimah

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menelisik Potensi Ekonomi Ikan "Resek" di Kelurahan Kalanganyar Sidoarjo

12 April 2017   06:22 Diperbarui: 17 April 2017   05:00 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Luas lautan Indonesia mencakup dua per tiga dari keseluruhan luas negara Indonesia. Hal tersebut menjadikan mata pencaharian sebagai nelayan tradisional menjadi pilihan hidup sebagian besar penduduk indonesia. Selama ini dalam melakukan kegiatan penangkapan hasil laut baik udang maupun ikan, nelayan tradisonal selalu mendapatkan hasil tangkapan utama maupun sampingan. Hasil tangkapan utama dapat berupa udang, ikan tengiri, kakap, tuna, dan hasil laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Sedangkan hasil tangkap sampingannya biasanya berupa ikan-ikan ekonomis rendah seperti gulamah, tigawaja, gerot-gerot, nomei, mimi dan sejenisnya yang jumlahnya relatif banyak apalagi jika sedang musimnya. Sebagai contoh di Laut Arafura potensi hasil tangkap sampingan pukat udang diperkirakan mencapai 332.186 ton ikan resek/tahun, terdiri dari berbagai jenis ikan seperti gulamah, mimi, tigawaja, gerotgerot dan nomei.Namun demikian pemanfaatan ikan-ikan tersebut masih sangat rendah dan bahkan sebagian besar dibuang kembali ke laut. Fakta ini sangat memprihatinkan, karena disisi lain kondisi masyarakat di beberapa daerah masih hidup dengan keterbatasan gizi dan bahkan dijumpai kasus busung lapar yang telah menjadi pemberitaan hangat di media ini.

Pada saat ini umumnya mereka (nelayan tradisional) lebih terfokus untukmenjual hasil tangkapan utama seperti udang, ikan kakap, tengiri, rajungan, dan tangkapan utama lainnya kepada pengepul maupun agen, sedangkan hasil tangkapan samping (resek) yang jumlahnya sangat banyak tersebut kurang dimanfaatkan bahkan dibiarkan begitu saja.

Hal yang saya ungkapkan diatas terjadi di Kelurahan Kalanganyar Sidoarjo. Kelompok-kelompok nelayan di daerah tersebut selalu mendapatkan ikan-ikan resek dalam jumlah yang cukup banyak saat melaut apalagi jikamusimnya. Sampai saat ini ikan-ikan resek tersebut hanya dimanfaatkan dengan cara dikeringkan untuk dibuat ikan asin, untuk pembuatan terasi dan diasapkan untuk dibuat ikan asap.Sedangkan apabila dijual, harganya tidak akan lebih dari2000 rupiah per kilonya. Padahal sumber daya ikan resek di daerah tersebutsangat melimpah. Pada kondisi cuaca biasa, setiap harinya perahu yang melautminimal mendapatkan 4-6 Kg ikan resek. Dan jika sedang musimnya yaitusekitar bulan November sampai dengan Februari, sumber daya ikan resek inisangat melimpah (sekitar 15 kg setiap perahu) bahkan sampai terbuang. Menurut nelayan-nelayan di daerah tersebut cita rasa daging ikan resek tidak kalah dengan ikan-ikan ekonomis lainnya,contohnya ikan ekonomis adalah ikan tengiri.

Sebenarnya ikan-ikan resek tersebut mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk lanjutan seperti sosis ikan, bakso ikan, empek-empek, tempura, maupun produk berbahan utama/pendukung ikan,terutama ikan-ikan ekonomis rendah. Jika hal tersebut dapat dilakukan dapat dipastikan nilai ekonomisnya akan jauh meningkat. Pada dasarnya kualitas nilai gizi yang terkandung di dalam ikan-ikan resektersebut sama layaknya ikan-ikan konsumsi umumnya seperti tengiri, hanya diperlukan cara yang berbeda untuk mengelolanya sehingga cita rasa yang dihasilkan dapat diterima konsumen.

Sebenarnya terdapat alat atau mesin yang dapat menggiling ikan-ikan resektersebut menjadi daging gilingan yang siap untuk diolah lebih lanjut tetapi sayangnya harganya sangat mahal (6-14 juta rupiah) sehingga tidak dapat dijangkau oleh para nelayan tradisional. Selain membutuhkan pembakaran bensinatau sumber listrik untuk mengoperasikannya, alat/mesin tersebut juga tidakmudah dipindahkan karena ukuran dan beratnya yang besar.

            Oleh karena itu kelompok-kelompok nelayan di daerah tersebut perlu dibantu supaya mereka dapat meningkatkan nilai ekonomis ikan-ikan resektersebut. Program ini menawarkan 3 bantuan sekaligus. Pertama, berupa alat penggiling ikan-ikan resek yang mobile dan mudah dioperasikan sehingga siap dijadikan bahan campuran produk makanan seperti tempura, bakso ikan, sosis ikan, maupun makanan laut lainnya. Kedua, pembekalan/training tentang pentingnya pemasaran suatu produk (The Importance Of Marketing) kepada para nelayan tradisional. Ketiga, saya juga akan mencarikan pembeli/pabrik/pengolahan ikan/home industri makanan laut yang bersedia membeli daging ikan resek yang telah dihaluskan dan siap pakai tersebut dengan tujuan agar para nelayan tradisional di Kalanganyar Sidoarjo nantinya dapat memasarkannya secara mandiri.

Jika diamati lagi Kalanganyar Sidoarjo mempunyai potensi yang besar sebagai penyuplai hasil perikanan dengan data total hasil perikanan tahun 2014 mencapai 36,03 ribu ton atau naik 1,13% dibanding tahun sebelumnya. Di tahun 2015, hasil perikanan di Kalanganyar meningkat meski terjadi anomali cuaca. Total hasil perikanan meningkat menjadi 39,83 ribu ton. Akan tetapi, hasil perikanan tersebut digunakanuntuk menyuplai industri makanan dengan bahan dasar ikan, terutama untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini didukung dengan adanya data yang menyebutkan bahwa sebesar 38,81 % adalah industri pengolahan dan sebesar 42,36 % adalah perdagangan, hotel dan restauran.

Dengan usaha tersebut diharapkan nilai ekonomis dari ikan-ikan resekdapat ditingkatkan begitu pula dengan penghasilan kelompok-kelompoknelayan di Kalanganyar Sidoarjo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun