Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Cinta: Ibu, Bekerja di Ranah Publik dan Domestik?

22 Desember 2021   08:14 Diperbarui: 24 Desember 2021   06:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Identitas Ibu yang Inspiratif

Oleh A. Deni Saputra

Identitas perempuan yang tidak terlepas diposisikan sebagai sang "Liyan/ yang lain". Sistem patriarki itu yang telah menghegemoni masyarakat dalam memandang perempuan. Hal ini disebabkan kaum perempuan selalu dijadikan objek atau korban dalam situasi dan kondisi. Perempuan direpresentasikan sebagai sosok dianggapnya lemah dan feminin, padahal ia bisa saja sebagai makhluk kuat dan memiliki sifat maskulinitas. Lihat saja sosok seorang ibu, eksistensi dan kekuasaannya sebagai perempuan yang tidak bisa dipandang sebelah mata lagi oleh masyarakat.

Mungkin masih ada masyarakat pada umumnya yang masih bersifat diskriminatif  dan rasialis dengan terbatasnya jenjang pendidikan dapat ditempuh oleh kaum perempuan, keterbatasan tersebut cukup mampu untuk mendukung terjadinya emansipasi perempuan. Ibu dapat dicitrakan sebagai sosok pahlawan bagi yang lainnya, ia tidak dibatasi dan tidak takluk dalam penguasaan sistem patriarki. Ibu bisa menggambarkan perempuan yang superior secara sosial. Ibu telah terkonstruks sebagai perempuan yang memiliki persamaan hak dengan laki-laki, mesikpun dalam ranah domestik terdapat sosok seorang ayah. Seorang ibu menerapkan unsur feminin untuk memberika kasih sayang sepenuhnya untuk anak-anaknya.

Menurut Geofe, feminisme merupakan pemikiran mengenai persamaan antara kaum laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Dengan demikian, feminisme merupakan gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.

Perbedaan kaum perempuan dan laki-laki secara kultural bersifat sewenang-wenang yang disesuaikan dengan dominasi, hegemoni, dan kompetensi-kompetensi aktual yang terjadi di sekitarnya. Sebagai gejala kultural, perbedaannya semata-mata didasarkan kepentingan kelompok tertentu, dalam hal ini kelompok laki-laki. Sementara itu di pihak lain perbedaan secara alamiah tidak mungkin diubah sebagai asas kodrati, secara religius diciptakan oleh Tuhan, yang tidak mungkin disangkal kebenarannya.

Berdasarkan perbedaan sifat laki-laki dan perempuan tersebut maka masyarakat menganggap kedudukan pihak laki-laki lebih tinggi daripada kedudukan perempuan. Kaum laki-laki seolah-olah memiliki kekuasaan dengan senantiasa melakukan sewenang-wenang dan sesuka hati terhadap kebebasan perempuan sehingga para perempuan pun tidak berdaya untuk membuat kebahagiaan sendiri.

Perbedaan kodrati kaum perempuan dan laki-laki yang memberikan kekuasaan kepada kaum laki-laki telah menggambarkan bahwa kaum perempuan tidak diberi kesempatan untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan yang biasa melayani kaum laki-laki atau keluarga. Perempuan seumur hidupnya berada di bawah kekuasaan laki-laki, yaitu ayah, suami, dan saudara yang masih bujang jika ayahnya tidak ada atau anak jika suaminya sedang keluar rumah.

Padahal, lihat saja keluar, banyak para perempuan, ibu-ibu, yang berjuang membantu di ranah publik. Dengan segala upaya dan pemikirannya, para perempuan tak segan bekerja seperti yang dilakukan kaum laki-laki. Ibu, dalam kondisi apapun selalu memberikan yang terbaik, melakukan yang diinginkan setiap anak-anaknya. Stereotif yang digambarkan untuk perempuan, dalam hal ini ibu, menjadi terpatahkan dengan realita yang ada dalam kehidupan masyarakat. Ibu bukan saja bertugas mengandung, melharirkan, menyusui, ataupun membesarkan, banyak hal yang dilakukan di luar kodratnya itu. Ia mengurus urusan rumah, mengatur keuangan, mencerdaskan pola pikiran anak-anaknya, mengajarkan etika, yang jauh lebih berat tanggungannya dibandingkan sosok ayah dalam keluarga.

Ibu, di Hari Ibu tahun ini aku ingin mempersembahkan doa tak terhingga. Ibu selalu diberikan kesehatan, keberkahan, kebahagiaan, cinta yang tulus, tetap menjadi inspirasi dan selalu menjadi perempuan tangguh. Selain itu kupersembahkan pula sebait puisi untukmu, IBU.

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi SAW menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi SAW menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi menjawab, 'Lalu ayahmu!'" (Bukhari-Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun