Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kajian Cerita Anak: Kesastraan, Kesetiaan, dan Sol Sepatu

16 September 2021   10:48 Diperbarui: 17 September 2021   04:56 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku cerita anak. Sumber: VIVIANE MONCONDUIT via Pixabay.com

Dilihat dari jenis yang berbeda, bacaan anak pun memiliki sifat dan ciri-ciri yang berbeda dengan bacaan orang dewasa.

Menurut Dra. Riris K. Sarumpaet dalam bukunya yang berjudul "Bacaan Anak-anak" , bacaan anak-anak memiliki sifat dan ciri khas yang membedakan dari bacaan orang dewasa. 

Agar dapat membiarkan karya khas itu berbicara dalam kebebasannya yang khas pula, kita harus membebaskan diri dari ukuran-ukuran penilaian apriori seorang dewasa. Kita menjadikan diri kita muda kembali dalam "semangat", agar dapat menciptakan hubungan yang sewajarnya dengan bacaan yang khas ini, bacaan anak-anak.

Seperti halnya bacaan anak-anak yang dikemas oleh pengarang sebagai tanda pengalaman atau keadaan kehidupan yang ada di sekitarnya, akan menumbuhkan minat baca anak untuk menjadi gambaran atau cerminan hidup. 

Salah satu pengarang cerita anak adalah Bambang Joko Susilo yang menulis banyak cerita anak seperti cerita anak yang berjudul "Dokter Sepatu Rusak" yang ditulisnya  akhir-akhir ini yaitu tahun 2006.

"Dokter Sepatu Rusak" karangan Bambang Joko Susilo menceritakan tentang kehidupan keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Panggilannya si Bogel karena bertubuh pendek dan kecil. Dia adalah seorang tukang sol sepatu yang sudah empat puluh tahun menjalani pekerjaan tersebut. 

Apa yang diinginkan si Bogel yang begitu lamanya menjadi tukang sol sepatu hanya menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Akan tetapi, si Bogel mengatakan dengan lantang, dia bekerja sebagai dokter sepatu rusak hanya untuk mengobati sepatu-sepatu yang sakit karena sepatu itu telah menyelamatkan manusia dari marabahaya.

Memang benar, si Bogel adalah dokter sepatu rusak, dia menamakan penyakit sepatu rusak. Misal, jika sepatunya hanya rusak sedikit berarti menamaknnya sakit batuk, ada pula yang sepatunya rusak berat berate si Bogel menamakannya dengan sakit kronis seperti sakit jantung dan lain sebagainya. 

Si Bogel mengelilingi kampung ke kampung atau dari kota yang satu ke kota lainnya. Si Bogel memiliki tiga orang anak, anak pertama si Mbarep sudah sekolah SMA, anak kedua sekolah SMP, dan si bungsu baru kelas II SD.

Awalnya, keluarga si Bogel menerima keadaan yang miskin dengan menerima pula pekerjaan si Bogel sebagai tukang sol sepatu yang sudah empat puluh tahun. Namun, dari hari ke hari kebutuhan keluarga si Bogel menjadi tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, semua keluarga si Bogel menyuruhnya mencari pekerjaan lain yang menjamin. 

Bahkan, anak-anak si Bogel selalu mengadukan bahwa di sekolahnya selalu diejek sebagai anak tukang sol atau setelah mengetahui lamanya si Bogel menjadi tukang sol menyebutnya orang yang tolol. Begitu pula keluarga si Bogel menyebut si Bogel sebagai orang yang tolol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun