Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis yang Duduk di Kursi Paling Depan

12 November 2017   00:48 Diperbarui: 12 November 2017   00:56 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu suasana kelas seperti pada umumnya, suasana riuh dan gemuruh ruang kelas bagaikan suara riuh pasar malam. Yang dimana saling sahut-menyahut antara insan satu dengan insan lainnya. Itu adalah pemandangan pada umumnya sebuah kelas pada ruang kuliah dipagi hari yang cerah. Hari pertama semester ke-3 seakan sama seperti hari biasanya, dimana diawal mata kuliah para mahasiswa saling menyapa setelah selama lebih dari 1 bulan menjalani liburan akhir semester.

Pada mata kuliah yang mengawali masa semester 3 perkuliahan ini, aku melihat banyak wajah-wajah baru dikelas. Meskipun kami sesama satu angkatan saling mengenal muka ketika saling sapa di kantin, maupun di ruang Dekan Fakultas ketika mengurus segala administrasi kampus. Akan tetapi setiap mengawali semester, apalagi setelah libur panjang Semester genap tentu saling sapa adalah lumrah untuk dilakukan. Karena diantara wajah-wajah lama teman seangkatan yang bertemu kembali dimata kuliah ini. Aku melihat banyak wajah-wajah baru yang aku temui ketika berada dikantin saja. Kali ini aku sekelas dengan wajah-wajah yang akrab di kantin itu.

Akan tetapi, ada seorang gadis yang menarik perhatian ku yaitu gadis yang duduk di bangku paling  depan. Gadis tersebut terlihat ramah dengan senyumnya yang menarik perhatianku. Aku rasanya sering melihat gadis ini dikantin, tetapi aku tidak mengenal namanya. Ada rasa ketertarikanku pada gadis ini karena berdasarkan cerita dari teman-temanku gadis ini sangat cerdas dan baik hati. Sehingga menarik batinku untuk mengenalnya lebih dekat dikala itu.

Dan di mata kuliah yang mengawali masa semester 3 ku ini, aku sekelas dengan gadis tersebut. Hari pertama dikelas itu, aku hanya sebatas memperhatikannya dari kursi paling belakang dimana tempat aku duduk. Sebagai mahasiswa yang tingkat kerajinannnya masih seujung jari dikala itu. Aku selalu mencari bangku paling belakang ketika mata kuliah dimulai.

Minggu selanjutnya, suatu mata kuliah dimana aku kembali bertemu dengan gadis itu, aku mulai memberanikan diri duduk dibelakang bangkunya. Iya, karena gadis itu aku duduk tepat dibelakang kursinya yang berada dipaling depan. Kursi yang paling dekat dengan dosen yang mengajar di kelas kami.

Satu kalimat yang mungkin membuat aku "Blunder" dikala itu. Dengan segenap keberanian aku memberanikan bertanya pada gadis itu. Apakah ada tugas hari ini? dia tertawa melihat keanehanku. Karena siapapun pasti mengetahui, kalau hari pertama sebuah mata kuliah, sangat jarang dosen memberikan tugas untuk kelas berikutnya pada minggu selanjutnya.

Mungkin aku merasa sangat malu ketika mendapatkan tertawaan tanda cemooh dari gadis itu. Akan tetapi senyumnya yang seperti manis dan manja membuat aku semakin penasaran dengan gadis itu. Gadis berkulit kuning dengan rambut ponian itu ternyata benar membuat aku menjadi sangat penasaran. Minggu ketiga ketika pertemuan ketiga mata kuliah itu, aku datang lebih awal, jauh sebelum Dosen datang aku sudah dikelas duluan. Bahkan sebelum gadis itu datang seperti biasanya dan duduk di bangku paling depan. Gadis itu tersenyum kepadaku, seakan merasa heran melihat aku yang seakan takut kehilangan kesempatan duduk dekat dengan dirinya.

Pada hari itu, aku hanya ingin melihat senyum manis dari gadis dengan rambut berponi nan imut itu. Dengan sedikit heran dan tersenyum dia berkata. Rajin banget udah dateng sepagi ini?. Aku hanya tersenyum, diselingi sorakan temanku dibelakang ku yang seakan mengetahui gelagatku.

Memang sebelumnya aku adalah pria yang paling takut jika berhadapan dengan seorang wanita, apalagi wanita yang aku sukai. Tetapi entah kenapa pada gadis ini aku berani untuk mencoba mendekatinya. Sikap ramahnya dan senyumnya, seakan meluluhkan hati dan perasaan ku ini.

Mata kuliah pun dimulai, dan satu blunder lagi aku lakukan. Dengan bertanya apakah ada tugas? Lalu gadis itu kembali tersenyum. Senyumnya sejujurnya membuat aku antara malu dan gugup. Tapi hal tersebut tak menyurutkan langkahku untuk mengenal gadis dengan senyuman indah itu lebih dekat.

Dengan kekuatan dan keberanian yang aku kumpulkan selama mata kuliah berlangsung, aku beranikan untuk bertanya siapa namanya? Dia menjawab Clarissa, tapi menurutnya aku bisa memanggilnya Lisa. Yes dalam hatiku, dalam pertemuan ketiga aku bisa dapat mengetahui namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun