Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Makna dari Orasi Prabowo Pada Aksi Bela Rohingya

17 September 2017   14:09 Diperbarui: 18 September 2017   10:50 8388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Sohibul Iman. Sumber : Printscreen video Facebook @Prabowo Subianto

Prabowo hadir pada aksi bela Rohingya yang dilaksanakan dikawasan Monas, Jakarta Pusat. Aksi tersebut diadakan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan sejumlah organisasi kemasyarakatan (Ormas).

Prabowo tiba di kawasan Monas pada pukul 11.00 WIB. Dia memakai baju dan celana cokelat. Prabowo saat tiba di panggung berorasi, duduk bersebelahan dengan Presiden PKS, Sohibul Iman. Liputan6.com, Sabtu (16/9/2017)

Meskipun beberapa waktu lalu ada perbedaan pendapat antara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS dan Gerindra yang terjadi di Jawa Barat. Akan tetapi pada tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Hubungan kedua partai Oposisi paling vokal ini tak terpisahkan.  Bahkan dalam orasinya dalam aksi bela Rohingya yang diadakan PKS tersebut. Prabowo menekankan akan terus konsisten membela Rohingya dan menuntut pemerintah Indonesia untuk bertindak tegas dalam menyikapi sikap pemerintah Myanmar.

Ya, dalam hal ini terlihat sikap tegas dari PKS dan Gerindra untuk mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih serius lagi menanggapi keadaan yang terjadi di Myanmar. Karena apapun itu, perlakuan Myanmar terhadap etnis Rohingya tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.

Terlepas dari adanya keresahan pemerintah akan "Penggorengan Isu" kemanusiaan yang terjadi di Rohingya. Cobalah kita melihat secara jernih. Apa makna yang terkandung dari pidato Prabowo yang dilaksanakan disilang Monas pada sabtu 16 September 2017 kemarin.

Usaha pemerintah untuk menekan penguasa di Myanmar baru akan berhasil jika Indonesia memang telah dianggap sebagai negara yang besar."Percaya sama saya, kalau kita kuat pasti kaum Rohingya dapat kita bantu. Kalau pun kita sekarang kirim-kirim bantuan, saya nilai itu pencitraan saja. Bahkan kadang bantuan pun tak sampai," kata Prabowo di depan ribuan peserta aksi bela Rohingya.(Sumber Vivanews.com)

Mungkin dengan salah satu petikan pidato tersebut akan menuai pro dan kontra di masyarakat. Akan tetapi coba kita lihat dari sudut pandang positif. Sindiran Prabowo tersebut, adalah bentuk keprihatinannya saat ini. Dimana posisi tawar Indonesia di mata negara Myanmar dianggap kurang berarti. Bagaimana tidak, dengan "Soft Diplomasi" yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Myanmar. Adalah Bukti bagaimana kurangnya posisi tawar Indonesia dimata Myanmar.

Jika kita berbicara tentang krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Pasti tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan negara besar. Salah satunya adalah Tiongkok. Banyak media-media massa Internasional menyebutkan. Negara Myanmar adalah negara Proxy dari Tiongkok. Sehingga dari sisi ini, ada kepentingan ekonomi dari tragedi "Pembersihan Etnis di Myanmar". Kepentingan tersebut adalah kerjasama pengelolaan sumber daya alam antara negara Myanmar dan Tiongkok.

Sebagai negara besar, tentu saja Tiongkok ingin memiliki pengaruh di kawasan Regional Asia Tenggara. Saingan terbesar Tiongkok di kawasan Asia Tenggara pada saat ini hanya mampu disaingi oleh negara Amerika Serikat. Pertumbuhan pesat ekonomi dan infrastruktur yang terjadi di negara Tiongkok. Tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan Investasi negara Tiongkok di beberapa negara Asia Tenggara.

Sehingga pernyataan Prabowo tersebut bisa saja merupakan sindiran, dimana pemerintah Indonesia pada saat ini tidaklah sekuat negara Tiongkok. Mau tidak mau kita harus sadari itu. Bahkan Prabowo berujar. Untuk kebutuhan rutin saja negara Indonesia berutang. Secara fakta, memang negara Indonesia pada saat ini banyak bergantung hutang kepada negara Tiongkok. Sehingga posisi tawar Indonesia dalam lobi di kawasan Asia Tenggara dianggap kurang. Apalagi Myanmar adalah salah satu sekutu terdekat negara Tiongkok.

Makna yang saya tangkap dari pernyataan Prabowo tersebut, tentu dapat menjadi pecutan. Karena sebagai seorang Militer yang tentu saja Nasionalisme telah mengalir dari darahnya. Prabowo ingin Indonesia bisa kuat seperti negara Tiongkok. Dan tentu saja kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya negara Tiongkok. Karena kita sendirilah yang membuat bangsa kita tidak mandiri, dengan bergantung hutang dengan negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun