Mohon tunggu...
Dendinar
Dendinar Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis yang hobi nulis.

Aktivis , Penulis dan Perasa.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menakar Efektivitas Kebijakan Satu Arah Sukajadi-Cipaganti

31 Juli 2019   10:39 Diperbarui: 31 Juli 2019   14:54 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinas Perhubungan Kota Bandung dan Polrestabes Bandung melakukan rekayasa lalulintas di Jalan Sukajadi dan Cipaganti yang mengarah ke Setiabudi dan Lembang. (PUTRA PRIMA PERDANA)

Uji coba perdana rekayasa kawasan Sukajadi-Setiabudi-Cipaganti telah dimulai pukul 09.00 WIB, Kamis, 11 Juli 2019. Sesusai harapan, Jalan Sukajadi dan Jalan Cipaganti terpantau lancar. 

Kendaraan rata-rata memacu kecepatan di atas 60 Km/jam. Berdasarkan pantauan Pikiran Rakyat, Jalan Sukajadi dari arah Pasteur ditambah satu lajur contra flow ke arah utara. Kendaraan dari Jalan Prof. Eyckman menuju Jalan Sukajadi arah Jalan Layang Pasupati masih bisa melintas dengan dipisah pembatas bagi satu lajur kendaraan.

Sejumlah petugas kepolisian, Dinas Perhubungan, hingga petugas dari kewilayahan memposisikan diri di banyak titik, terutama di persimpangan. 

Di beberapa persimpangan, sejumlah kendaraan kerap berhenti untuk memastikan jalur baru kepada petugas. Jalan Sukajadi cenderung lancar hingga batas akhir satu jalur di Jalan Setiabudi. 

Sementara, di Jalan Setiabudi yang mengarah Cipaganti, terjadi kepadatan kendaraan hingga puluhan meter sebelum Jalan Cipaganti.

Diketahui, kemacetan terjadi akibat pengendara yang tidak tertib. Di ruas yang menyediakan dua lajur kendaraan itu diisi tiga baris kendaraan roda empat. Format tiga baris memicu penyempitan lajur (bottle neck) di simpang Cipaganti. Kendaraan mulai terhenti oleh rambu penunjuk arah dan beton pembatas yang memisahkan jalur menuju Jalan Cipaganti dan Jalan Setiabudi arah Cihampelas.

Sumber Gambar: https://jabar.sindonews.com
Sumber Gambar: https://jabar.sindonews.com
Imbas dari uji coba rekayasa lalu lintas ini, pengendara kendaraan bermotor (khususnya kendaraan roda dua) banyak yang melintas ke permukiman warga tepatnya di Gang Damar. 

Karena merasa terganggu, akhirnya warga pun menutup gang tersebut untuk pengendara. Selain banyaknya pengendara yang melintas kawasan permukiman, persoalan lain dari uji coba rekayasa lalin ini adalah kurangnya sarana penerangan di kawasan Cipaganti.

Dengan rekaya lalu lintas yang diterapkan memang menjadikan waktu tempuh perjalanan lebih cepat. Namun dampak dari itu jarak perjalanan yang jauh yang akan menyebabkan beberapa dampak buruk yang terjadi di sekitar ruas Jalan Sukajadi-Cipaganti.

Soal mengurangi kemacetan mempersingkat waktu tempuh dan memperjauh jarak tempuh bukan solusi yang pas karena menghabiskan tenaga, uang, bensin juga menambah titik kemacetan di ruas jalan yang lainnya, ditambah dengan meningkatnya gas buang emisi karena efek jarak tempuh yang jauh. 

Kemudin dengan hal tersebut dapat berdampak buruk bagi pengguna jalan. Diantaranya menambah konsumsi BBM, polusi meningkat, efek rumah kaca, dsb.

Masih ada solusi lain tanpa mengurangi penghasilan para sopir angkot dan pedagang, tanpa merubah lajur jalan yang sudah melekat di hati dan pikiran warga Bandung khususnya. Dan umumnya juga untuk para wisatawan yang selalu datang dengan senang hati mengunjungi Bandung untuk berbelanja menghabiskan sedikit harta mereka dan menjadi ladang rejeki bagi para pedagang walaupun mereka sudah tahu akan terjebak macet. 

Seharusnya Dishub juga memberikan pengetahuan akan kesadaran menggunakan angkutan masal dalam trayek-trayek tertentu guna menghindari volume kendaraan berlebih dibanding ruas jalan yang tersedia.

Berdasarkan dari uraian dan analisis diatas dapat disimpulkan beberapa permasalahan yang terjadi akibat rekayasa satu arah dikawasan sukajadi-cipaganti diantaranyaa :

  1. Memperjauh jarak tempuh yang akan merugikan konsumsi BBM pengguna jalan.
  2. Menambah titik kemacetan diruas jalan yang lain.
  3. Merugikan angkutan umum masal karena ada belasan terayek dengan jumlah lebih dari 100 angkutan umum yang akan mengurangi penghasilan mereka
  4. Polusi yang disebabkan karena jarak tempuh yang lebih jauh.
  5. Warga sekitar yang terganggu karena pengguna jalan banyak menggunakan area permukiman warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun