Mohon tunggu...
Demson Natanael Sihaloho
Demson Natanael Sihaloho Mohon Tunggu... Buruh - To find equilibrium

.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjadi Pahlawan Ekonomi di Masa Pandemi

30 April 2020   15:02 Diperbarui: 30 April 2020   15:20 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pergerakan IHSG, Sumber: Kompas.com

Bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari kata “Pahlawan” adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Di masa pandemi saat ini, tentu kita butuh ribuan bahkan jutaan orang untuk menjadi Pahlawan, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Namun saya hanya membahasnya dari sisi ekonomi saja. Lalu, siapa yang kita harapkan untuk Menjadi Pahlawan Ekonomi Disaat Pandemi?

Sebelum menjawab pertanyaan “berat” diatas saya mau ceritakan terlebih dahulu pengalaman saya. Disaat pandemi Covid-19 mulai masif terjadi di Indonesia kira-kira di minggu kedua bulan maret, situasi dan kondisi ekonomi saat itu mulai tak menentu. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sempat jeblok ke level terendah sejak 2016, pasar modal mulai gak karuan dan imbasnya investasi saya di reksadana nilainya menjadi minus. Saat itu, saya mulai menduga-duga kalau sistem stabilitas keuangan nasional kita dalam kondisi yang tidak baik.

Dugaan “dangkal” saya semakin kuat dikala beredar informasi di grup WA yang saya juga tidak tahu pasti itu bersumber dari mana. Saya coba jabarkan informasinya. Informasi pertama yang beredar yakni kalau kita harus menarik atau menyimpan uang tunai dalam jumlah yang banyak (Rush Money) alasannya karena Bank tidak beroperasi selama pandemi sehinggga uang dimesin-mesin ATM tidak tersedia. Informasi yang kedua kita harus membeli bahan pokok (makanan, minuman dan obat-obatan) dalam jumlah yang sangat banyak karena kota-kota besar Indonesia akan di lockdown.

Kedua informasi diatas secara psikologis mempengaruhi pikiran saya, namun saya mencoba untuk membaca secara serius portal berita Kompas. Saya mulai amati pemberitaan dibidang ekonominya, ternyata tidak sesuai dengan informasi yang beredar di grup WA tadi. Maka saya simpulkan informasi di grup WA tersebut adalah berita ‘HOAX”. Akhirnya saya mulai kembali untuk berpikir rasional dan memutuskan untuk terus mengikuti perkembangan pemberitaan dari portal berita Kompas dan juga mengikuti perkembangan informasi ekonomi dari laman situs Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Katakan Tidak Pada Rush Money

Meskipun situasi dan kondisi ekonomi disaat pandemi sekarang penuh dengan ketidakpastian, namun saya rasa kita tidak perlu untuk menarik uang tunai dalam jumlah yang banyak. Perlu diketahui bahwa dampak dari rush money bagi ekonomi adalah akan terganggunya likuditas perbankan dan tidak menutup kemungkinan hal ini bisa memicu terjadinya resesi.

Ilustrasi: Rupiah, Sumber: Kompas.com
Ilustrasi: Rupiah, Sumber: Kompas.com

Di masa pandemi saat ini justru lebih aman dan nyaman bertransaksi secara digital (cashless) dan membuat kita terhindar dari covid-19 yang amat berbahaya itu. Menurut Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), kondisi ekonomi Indonesia masih terkendali, namun tim KSSK tetap mewaspadai dan mengantisipasi terjadinya segala kemungkinan. Jadi, tariklah uang tunai dari rekening secukupnya sesuai kebutuhan dan upayakan bertransaksi secara cashless.

Hindari Panic Buying dan Panic Selling

Kepanikan wajar terjadi ditengah pandemi saat ini. Namun kita harus tetap berpikir rasional sebelum membuat keputusan. Sempat terjadi dimasyarakat membeli dengan memborong bahan-bahan makanan dalam jumlah banyak (panic buying), bahkan petugas supermarket sampai kewalahan melayaninya. Ternyata masyarakat memborong bahan makanan karena timbul kekhawatiran jika stok makanan tidak cukup karena isu lockdown yang tidak jelas sumbernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun