Mohon tunggu...
DEM Semarang
DEM Semarang Mohon Tunggu... Lainnya - Dewan Energi Mahasiswa Semarang

Merupakan organisasi mahasiswa yang fokus bergerak pada kedaulatan energi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Peluang Indonesia Ketersediaan Bahan Baku Transportasi Listrik

17 Juni 2020   10:54 Diperbarui: 17 Juni 2020   10:59 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blair (Staff Research and Development DEM Semarang)/Dok.Dem Semarang

Permasalahan lingkungan masih menjadi  persoalan besar bagi negara-negara di dunia ini. Salah satu di antaranya adalah persoalan udara bersih. 

Di beberapa negara khususnya di negara berkembang seperti di China, India, Pakistan, Indonesia, Bangladesh, dsb mengalami permasalahan udara bersih yang pasalnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kegiatan industri, gas emisi transportasi, aktivitas sosial dengan padatnya populasi penduduk, pengaruh kebijakan pemerintah atau daerah, dsb. Persoalan ini menjadi semakin serius karena berdampak terhadap keberlangsungan hidup, sosial, dan kesehatan manusia di dunia.

Saat ini sebanyak 90 persen orang di dunia bernapas dengan udara yang tercemar oleh polusi udara atau udara tidak bersih. Mengutip dari perkataan WHO (World Health Organization) bahwa "udara kotor membunuh sekitar tujuh juta manusia pertahunnya". Riset oleh WHO mengatakan partikel-partikel dari sisa-sisa pembakaran dan pabrik industri dalam jumlah yang besar apabila dihirup oleh manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang umumnya pada kesehatan paru-paru, permasalahan pernapasan, bahkan kanker. 

Untuk itu, negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk mengatasi permasalahan ini. Mengatasi persoalan polusi udara membutuhkan kekuatan dan saling mendukung baik dari pemerintah pusat mau pun masyarakatnya. Saya mengamati di negara-negara maju pemerintahnya menerapkan regulasi yang tegas degan sistem yang jelas. 

Salah satunya, yaitu kebijakan mengurangi transportasi pribadi dengan melakukan penerapan menggunakan transportasi umum bagi masyarakatnya itu sangat membantu mengurangi polusi udara dan tentunya disertai dengan fasilitas yang memadai dan regulasi yang jelas. Selain itu, mengurangi emisi gas baik itu dihasilkan oleh transportasi atau dari pabrik perindustrian.

Emisi gas merupakan sisa-sisa pembuangan atau hasil pembakaran oleh bahan bakar di dalam mesin yang berproses. Bahan bakar yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari pada umumnya adalah bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam).

Itu merupakan sumber energi yang tidak terbarukan disebabkan oleh ketersediaan sumber energinya yang akan habis dan tidak bertahan lama pada masa-masa tertentu. Maka dari itu, kita membutuhkan sumber energi terbarukan sebagai penggantinya dan terus melakukan pembaharuan menemukan energi yang lebih murah dengan berkelanjutan.

Dengan berbagai permasalahan tesebut dewasa ini tentunya negara di belahan dunia khususnya di negara-negara maju berlomba-lomba untuk berinovasi dan mengurangi polusi udara dengan shifting dari menggunakan mobil atau motor dengan bahan bakar fosil menjadi bahan bakar atau sumber energi listrik sebagai penggantinya untuk meggerakkan suatu kendaraan. 

Mulai dari transportasi umum sampai dengan transportasi pribadi. Untuk menjalankan mesin transportasi listrik itu tentunya dibutuhkan bahan baku utama, yaitu baterai dalam daya yang cukup untuk menjalankannya. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr.mont. M. Zaki Mubarok, S.T., M.T., saat pidato ilmiah dalam Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Program Doktor, Magister, dan Program Profesi Semester II Tahun 2019/2020 di Gedung Sabuga ITB, bahwa "industri transportasi listrik dunia diprediksi akan cepat tumbuh dalam beberapa tahun ke depan dan Indonesia dapat memainkan peran penting dan strategis dalam industri ini". 

"Bahan baku utama baterai mampu memberikan kontribusi sebanyak 35%-40% dari harga mobil listrik dan terpenting lagi adalah material atau kandungan yang ada dalam baterai tersebut menjadi komponen biaya terbesar mencapai 60% dari total biaya pembuatan baterai" jelasnya, mengutip dari perkataan beliau. Kemudian, pada umumnya ada dua jenis baterai listrik yang dipakai saat ini, yaitu Lithium-ion (Li-ion) dan Nickel Metal Hydride (NiMH). Baterai Li-ion menggunakan unsur logam litium dan kobalt sebagai elektroda, sementara itu NiMH memanfaatkan nikel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun