Mohon tunggu...
DEM Semarang
DEM Semarang Mohon Tunggu... Lainnya - Dewan Energi Mahasiswa Semarang

Merupakan organisasi mahasiswa yang fokus bergerak pada kedaulatan energi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Aksi Hemat Energi untuk Indonesia yang Lebih Baik

11 April 2020   11:24 Diperbarui: 11 April 2020   11:18 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh : Vinaka Wiradikhaputri (Bendahara Umum DEM Semarang)

Secara umum energi adalah suatu kerja yang dapat dilakukan oleh gaya tertentu (gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain) dan menyebabkan suatu perubahan. Namun sebenarnya energi sendiri mempunyai makna yang sangat luas. Dalam berkehidupan sehari-hari pun tak ada aktivitas yang bergerak tanpa adanya energi.

Sumber energi dikategorikan menjadi energi terbarukan (renewable) dan energi tidak terbarukan (non renewable). Sumber energi tidak terbarukan jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbarui walaupun ada yang bisa diperbaharui tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Salah satu contoh dari sumber energi yang tidak terbarukan adalah sumber energi fosil (minyak bumi dan batu bara).
Indonesia saat ini sangat bergantung  pada energi fosil. Mengembangkan energi terbarukan adalah hal yang bisa saja terjadi. Sayangnya, masyarakat Indonesia belum memiliki kesadaran penuh akan adanya krisis energi sehingga masih terjadi pemborosan energi.

Fakta yang seharusnya membuat kita sadar adalah fakta jika cadangan minyak bumi Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan selama 23 tahun lagi. Selain itu, pada tahun 2051 diperkirakan produksi minyak bumi akan mengalami penurunan sekitar 70% dari total produksi saat ini. Minyak bumi menyumbang 34% dari total energi utama dunia. Sedangkan gas alam akan mengalami  penurunan produksi pada tahun 2045 dan batu bara hanya akan bertahan sampai 2100. Sampai saat ini belum ada energi alternatif yang sepenuhnya dapat menggantikan peranan energi fosil tersebut.
Pada 2014, Dewan Energi Dunia mencatat bahwa tingkat ketahanan energi Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 129 negara. Peringkat ini menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia punya ketahanan energi yang rendah dan berpotensi untuk menghadapi krisis energi di masa depan.

Ironisnya, kesadaran masyarakat Indonesia akan adanya krisis energi masih rendah. Pada serangkaian studi awal menyimpulkan bahwa kelompok usia remaja menjadi kelompok yang dianggap tidak peduli terhadap upaya penghematan energi. Di samping merasa tidak bertanggungjawab atas pembayaran energi seperti listrik atau bahan bakar minyak, para remaja beranggapan tidak tahu alasan mengapa harus berhemat energi.
Faktor penyebab lain adalah remaja menganggap perilaku hemat energi akan mengurangi kenyamanan dan kesenangan, dan mereka juga beranggapan isu kelangkaan energi hanyalah isu yang dipolitisasi dan kelangkaan energi lebih disebabkan kegagalan pemerintah dalam mengelola energi.
Namun, tidak hanya faktor yang sudah disebutkan di atas  kerusakan moral atau moral hazard juga menjadi salah satu tantangan besar dalam pengembangan sektor energi di Indonesia, terutama dalam pengadaan infrastruktur dan subsidi energi. Banyaknya korupsi dalam proyek-proyek energi serta banyaknya konsumsi BBM bersubsidi oleh mobil mewah adalah bukti kebobrokan moral yang sering terjadi.

Jadi, jika ketersediaan sumber energi sudah menipis, pasokan energi sulit dijangkau, dan pengembangan energi terbarukan tidak berjalan dengan baik, apa yang bisa kita lakukan di masa depan? Maka jawabannya adalah hemat energi.

Kementerian ESDM pada tahun 2017 telah meluncurkan kampanye "Hemat Energi Potong 10%", kampanye ini telah dimulai sejak 21 Mei 2017, dengan menjadikan para pelanggan listrik kalangan rumah tangga. Hal ini dikarenakan penghematan 10% pada sektor rumah tangga  dapat menghemat listrik setara dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas sekitar 900 MW. Penghematan listrik lebih mudah dan murah dibanding membangun pembangkit listrik.

Aksi hemat energi seharusnya tidak hanya di pelopori dari pemerintah saja, namun sudah saatnya kita menanamkan kesadaran hemat energi di lingkungan keluarga dan sekitar. Hal ini mungkin terkesan sepele dan sederhana, tetapi penggunaan energi dengan efisien secara masif oleh masyarakat jika menjadi gerakan moral secara luas akan memberikan manfaat yang nyata.

Untuk membangun kesadaran tersebut, sebaiknya dimulai dari diri sendiri apalagi kita sebagai generasi muda penerus bangsa. Sudah saatnya kita menjadi teladan dalam penggunaan energi secara efisien.

Langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam penghematan energi adalah

1. Melakukan gaya hidup hemat air, hemat listrik dan hemat energi lainnya. Seperti menggunakan air seperlunya saja, mematikan lampu atau peralatan listrik lainnya jika sudah tidak terpakai, dan menggunakan lampu hemat energi atau LED.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun