Mohon tunggu...
Indah Pertiwi
Indah Pertiwi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kampanye Jokowi Ricuh?

24 Desember 2018   12:49 Diperbarui: 24 Desember 2018   12:51 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar berita

Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo, menggelar silaturahmi bersama tim kampanye nasional dan daerah di gedung Celebes Convention Center (CCC) Makassar, Sabtu 22 Desember 2018.

Acara ini diikuti oleh ribuan orang, bahkan melebihi undangan yang sudah ditentukan. Dalam momen tersebut, Jokowi berkampanye agar masyarakat memilih pasangan nomor urut 01.

Setelah berkampanye Jokowi kemudian turun dari panggung dan langsung menuju ke luar gedung. Karena terhalang massa, Jokowi singgah sejenak untuk berswafoto.

Di saat inilah, kericuhan sedikit terjadi karena orang-orang berdesakan mengambil makanan.

Timses Jokowi-Ma'ruf sebenarnya sudah mempersiapkan acara silaturahmi bersama Presiden Jokowi dengan baik, termasuk menghitung jumlah tamu undangan dan makanan yang harus disiapkan sesuai dengan perkiraan pendukung yang akan hadir.

Namun pada pelaksanaannya, jumlah yang hadir ternyata jauh lebih banyak dari perhitungan, sehingga beberapa dari mereka tidak kebagian makanan.

Banyaknya pendukung yang hadir ini menunjukkan antusiasme masyarakat Makassar yang jauh lebih besar dari ekspektasi Timses Jokowi-Ma'ruf.

Hal ini menjadi pertanda baik mengingat banyaknya masyarakat yang mendukung Presiden Jokowi dan menginginkannya untuk kembali memimpin Indonesia pada 2019.

Sayangnya, beberapa media online justru lebih banyak me-ekspose sisi kericuhan soal makanan tersebut. Padahal itu hanyalah insiden kecil dari kesuksesan penyelenggaraaan kampanye yang lebih besar.

Media online itu biasanya partisan dan memanfaatkan momen negatif tersebut untuk menurunkan citra Capres petahana. Tidak adilnya framming yang dihasilkan oleh mereka cukup merugikan bagi yang diberitakan.

Media tampaknya perlu mengubah 'angle' bahwa 'bad news is good news', itu tak selamanya baik untuk yang diberitakan. Apalagi di dunia politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun