Meski banyak kadernya ikut turun ke gelanggang politik praktis, namun Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadyah Prof. Dr. Haedar Nashir menegaskan bahwa Muhammadiyah secara organisasi tidak ikut dalam politik praktis.
Ditegaskan oleh Haedar Nashir, Muhammadiyah secara kelembagaan organisasi tetap pada khittahnya untuk tak masuk ke arena politik praktis. Hal tersebut karena organisasi yang telah berdiri satu abad lebih ini berpegang teguh pada Khittah Muhammadiyah 1971 sebagai gerakan dakwah.
Sedangkan, bagi warga Muhammadiyah sebagaimana juga warga negara lainnya, tentu boleh memiliki visi dan pilihan politik yang dianut dan diperjuangkan. Mereka boleh berpolitik praktis.
Sikap Muhammadiyah di atas tidak akan terpengaruh meskipun beberapa kader atau warga Muhammadiyah seperti Dahnil A Simanjuntak dan Amien Rais yang bergabung mendukung salah satu paslon di Pilpres 2019.
Meskipun demikian, Muhammadiyah memastikan tetap akan berkontribusi bagi nusa bangsa Indonesia, walaupun tak berpolitik praktis. Kontribusi itu diberikan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap nasib umat dan bangsa Indonesia,
Penegasan Haedar Nashir di atas sekaligus menjadi jawaban telak bagi Amien Rais yang sebelumnya akan menjewer Ketum Muhammadiyah karena tidak mau menyatakan sikap politik mendukung salah satu kandidat capres-cawapres, khususnya ke Prabowo-Sandi.
Pemaksaan organisasional ala Amien Rais itu telah menodai khittah Muhammadiyah. Karena berusaha menggiring organisasi dakwah ini ke arah politik praktis yang bisa membahayakan keutuhan organisasi.
Semoga Haedar Nashir dan jajaran pengurus Muhammadiyah lainnya tetap konsisten, dan tidak tergoda dari godaan orang seperti Amien Rais yang mau membelokkan komitmen luhur organisasi ke arah kepentingannya saja.
