Akhir-akhir ini, publik dikejutkan dengan isu perselingkuhan Fadli Zon dengan mantan Bendahara Umum Partai Gerindra. Kabar tersebut pun menjadi viral di media sosial.
Menurut kabar yang berkembang, Wakil Ketua DPR RI itu telah menjalin kasih terlarang dengan Resiya Syafri, sesama koleganya di Partai Gerindra. Parahnya, keduanya diketahui telah memiliki pasangan yang sah masing-masing.
Peselingkuhan itu pun dikabarkan telah menghasilkan satu orang anak perempuan. Menjadi santer belakangan ini karena suami RS mengetahui hubungan gelap tersebut dan akan menggugat cerainya.
Bila kabar tersebut benar, maka sungguh sangat disayangkan seorang pejabat negara melakukan tindakan terlarang tersebut. Dengan demikian, maka sebagai pejabat negara Fadli Zon tidak bisa menjadi teladan yang baik baik masyarakat.
Apalagi dirinya selama ini bersikap seolah-olah menjadi pejabat dengan predikat paling benar sendiri. Namun, nyatanya kelakuannya sungguh sangat nista dan menjijikkan.
Dengan tindak tanduk seperti itu, yang terbongkar telah menjadi pihak ketiga dalam rumah tangga orang, dan menjalani cinta terlarang, apakah layak dan bisa diterima moral sosok seperti itu menjadi wakil rakyat yang terhormat?
Lucunya, meski kabar perselingkuhannya itu terkuat di publik, Fadli Zon justru lempar tangan. Dia justru mengalihkannya seolah itu adalah serangan yang dirancang pemerintah kepadanya.
Hal itu sungguh tak masuk akal. Pasalnya, isu perselingkuhan adalah urusan privat rumah tangganya dan pasangan gelapnya, namun dia justru mengarahkan tudingannya kepada pemerintah.
Terlebih, Fadli Zon menyebutkan bahwa mereka yang membongkar kasus perselinngkuhannya itu sebagai cara-cara PKI. Ini lebih lucu lagi, karena tidak ada angin tidak ada hujan, dia justru mengalihkan isunya kepada PKI.
Segala tangkisannya untuk lepas dari isu tersebut justru menguatkan bahwa isu tersebut benar adanya. Elakan dan bantahannya itu justru mempertegas bahwa dirinya sangat tidak bijak, bukan sosok pemberani dan tidak memiliki wibawa dalam menghadapi permasalahan.
Hal seperti itu adalah tipikal dari seseorang yang berani berbuat, namun tak mau tanggung jawab, sebaliknya malah menyalahkan pihak lain dan menempatkan diri sebagai korban saat skandal tersebut terendus oleh publik. Hal itu sangat memalukan.
