Mohon tunggu...
Dedy Marhaendra
Dedy Marhaendra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tweeter : @demarhaendra

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Melakukan Korupsi untuk Mencegah Korupsi

9 Desember 2012   12:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir 2 minggu lampu bangjo (rambu lalu lintas di persimpangan) di mirota kampus, dekat UGM, mati. Tiap hari aku selalu melewati persimpangan tersebut. Saat ini lampu tersebut telah berfungsi kembali setelah diperbaiki. Sebelum berfungsi kembali, saat aku lewat di sana, tersirat di pikiranku,“lampu itu bisa dirusak dan bisa menjadi celah melakukan korupsi”.

Ya , saya pikir kita mempunyai banyak celah untuk melakukan korupsi. Tinggal bagaimana kitanya, mau atau tidak melakukan itu. Seperti dalam fasilitas umum seperti lampu bangjo itu. Bisa saja lampu itu dirusak tapi tidak diketahui oleh sembarang orang.

“Dirusak” berarti dilakukan secara sengaja. Perusakan ini menjadi modus untuk mengganti lampu atau memperbaiki lampu. Dan proyek pembenahan pasti harus dilakukan, akhirnya anggaran pemerintah pun harus dikeluarkan.

Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pegawai yang mengeluarkan sejumlah uang? Apakah dia akan muncul di lokasi lalu melihat kerusakan dan melihat juga komponen-komponen yang rusak serta membandingkan harga komponen di toko dengan permintaan dana yang diminta petugas pembenah lampu?Atau apakah dia hanya mengandalkan sistem yang dibuat dalam memberikan sejumlah dana?

Sampai situ sudah ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengeruk keuntungan. Pengeruk keuntungan ini memiliki sistem lebih canggih untuk mengambil yang bukan haknya. Sistem yang mereka gunakan akan selalu berubah, beradaptasi dengan hambatan yang ada didepannya.

Hal ini, menurut saya, tidak hanya terjadi di lingkup pemerintahan saja. Semua itu bisa dan mungkin sudah biasa dilakukan di berbagai bidang.

Memperingati hari korupsi sedunia kali ini, semoga momentum ini memberi tempat untuk kita berefleksi. Mungkin pertanyaan yang tepat adalah bagaimana caranya koruptor itu melakukannya?

Selama ini kita cenderung di sajikan berita korupsi yang ber-menu-kan siapa, kapan, darimana. Untuk apa, mengapa, dan bagaimana begitu jarang disajikan di hadapan kita. Koruptor pun pasti mempunyai alasan mengapa dia melakukan itu, untuk apa uang hasilnya itu, dan bagaimana caranya.

Korupsi hingga sekarang diperlakukan tidak menggunakan filosofi “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Pemberantasan korupsi sama dengan mengobati korupsi, bukan mencegahan korupsi. Indonesia sudah sejak jaman daholoe kala sudah terjangkit korupsi, semestinya  saat ini kesadaran untuk melakukan pencegahan korupsi lebih digiatkan dari pada mengobatinya.

Ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurusi persoalan korupsi. Salah satunya dengan pertanyaan “bagaimana Anda bisa melakukan itu?”. Dengan pertanyaan itu Indonesia bisa menambal celah untuk melakukan korupsi.

Pelaku korupsi sendiri adalah manusia, manusia memiliki nafsu dan keinginan. Apa akibatnya kalau persimpangan jalan tidak memiliki lampu bangjo? Pasti lalu lintas tidak berjalan dengan lancar dan potensi untuk kecelakaan semakin tinggi, para pengendara akan seenaknya nylonong-nyolong. Mungkin seperti itulah salah satu cara untuk melakukan pencegahan korupsi, dibuatkan lampu bangjo untuk mengatur nafsu dan keinginan manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun