Mohon tunggu...
Demadi
Demadi Mohon Tunggu... -

Habis tangis, kering tawa. Jejak perjalanan. Serpihan-serpihan. Dihidangkan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perempuan-perempuan yang Meledak dan yang Ditangkap

21 Mei 2018   08:22 Diperbarui: 21 Mei 2018   09:45 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kepingan bumi lain, perempuan pesohor yang berinisial NU, agaknya memiliki cara yang lebih unik dan aman. Tatkala emosinya larut pada kejadian terorisme itu. Ia katakan  “akan memberi hadiah bagi penangkap teroris sebagai calon pacar”. Begitu diplomatisnya kata-kata itu sebab tentulah setiap perjaka di atas bumi ini adalah calon pacar bagi calon pacarnya masing-masing, tanpa berbuat apapun. Pernyataan seperti itu selain dianggap sebagai ungkapan simpati,  juga dapat salah-artikan. Misal bahwasannya si artis, dianggap sedang mengkapitalisasi sebuah isu besar demi popularitas. Meskipun hal itu, tetap dapat dimaklumi berhubung beragamnya reaksi anak-anak manusia yang menghuni republik ini.

Tentu saja di luar kegeraman yang membuncah terhadap soal-soal di atas, ada harapan agar proses-proses penanganan gejolak emosi dan kata-kata yang ada di masyarakat, selalu mengedepankan azas-azas demokrasi maupun praduga tak bersalah. Karena boleh jadi, para teroris akan bersukaria ketika ada semakin banyak anak-anak bangsa  yang diciduk. Bagaimanapun, keadaan terciduk, adalah peristiwa yang mencemaskan bagi diri maupun keluarganya. Suatu kecemasan tanpa si teroris harus merakit dan menekan sebuah tombol.

Kita bisa membayangkan bahwa Pemerintah membentuk suatu biro khusus saja, untuk menangani kasus-kasus berita palsu. Sehingga biro itu dapat  mengumpulkan netizen-netizen yang terbawa emosi ke dalam suatu ruang penyuluhan. Yang dihadiri oleh ulama, psikiater, babinsa dan aparat lain yang dirasa perlu.

Bila“konflik-konflik” tersebut menjamur  dan direspon berlebihan, teroris seolah mendapatkan bonus dari akibat yang  mereka harapkan. Yakni ketika demokrasi yang mereka sebut thoghut itu, sebagai sistem buatan manusia, ternyata memang amat rapuh dan rentan terhadap serangan.

***

Udara masih saja lembab, di sekitar meja, di warung kopi itu. Meskipun matahari sudah semakin rendah di barat sana. Tegukan kopi terakhir kuhirup dengan desisan untuk tidak menyertakan ampas-ampas yang akan terasa pahit di tenggorokan.

Masih terbayang juga, andaikata ada petugas BNPT di sini, maka kerumunan itu dapat bertanya mengenai  soal-soal di masa depan. Yakni bagaimana nantinya aparat menangani kejadian-kejadian teror. Supaya warga negara dapat mengkomentari secara baik dan benar pada masalah tersebut. Tanpa antusiasme berlebih sedemikian hingga terpaksa, sebagian warga negara dikandangkan karena komentar mereka tentang sebuah kasus terorisme. 

Kita dapat bertanya pada si petugas. Apabila ada kejadian yang menyerupai kisah Tunggul Ametung. Bolehkah kita bertanya adakah Ken Aroknya. Dimana Mpu Gandringnya? Apakah pertanyaan-pertanyaan itu produktif atau tidak. Dan apakah spekulasi untuk menjawabnya, dapat mengakibatkan perempuan-perempuan  dilarikan ke ruang interogasi.

Supaya kita mengerti batas dan hidup tetap berjalan normal. Dan terorisme itu benar-benar gagal mencapai tujuannya. Termasuk gagal mengadu domba antara Pemerintah dengan warganya sendiri.

Sehingga untuk setiap saat, air dan kopi pun tetap tenang di sebuah gelas di sebuah warung. Seperti tenangnya air  empang yang hanya menghembuskan gelembung-gelembung kecil. Pada udara dingin dan panas. Bercakap-cakap soal udara, dingin dan panas. Membicarakan sedikit hal yang bisa disumbangkan agar rupiah perkasa  kembali. 

Tentang belajar keras agar tidak diserobot ruang kerja oleh  buruh-buruh asing. Tentang mencari makanan pengganti supaya negeri tidak tergantung sepenuhnya pada nasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun