Mohon tunggu...
Delima Purnamasari
Delima Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Kadang suka jadi akun curhat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Saya Jadi Tempat Curhat Teman-teman yang Patah Hati

16 Mei 2023   11:51 Diperbarui: 16 Mei 2023   11:53 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan. (Sumber: Delima Purnamasari)

Sesungguhnya cerita ini agak mengenaskan. Hal ini lantaran menunjukkan diri saya telah menjadi jomblo begitu lama. Soal cinta-cintaan, curhat pada teman yang juga memiliki pacar jarang dilakukan sebab kerap terjadi adu nasib atau saling pamer. Meski begitu, menjadi sosok yang menampung suara hati orang lain itu sejatinya amat berisiko.

Saya adalah orang yang gemar bersosialisasi. Hal tersebut saya maknai dengan menjadi tamu yang menginap hingga berhari-hari di rumah orang lain. Waktu akan tidur adalah momen yang pas untuk saling curhat. Kebiasaan itu membawa saya pada tiga masa kehidupan romansa salah seorang kawan. Mulai dari PDKT, pacaran, sampai putus. Malam-malam ditinggal bertelepon sampai curhat dengan mata berkaca-kaca adalah hal biasa.

Pada waktu yang lain, tiba-tiba menerima telepon yang disambung dengan tangis tiada henti juga jadi hal lazim. Bagaimanapun saya mencoba menanggapi, jawabannya hanya sesenggukan. Telepon cuma akan dimatikan ketika ia sudah lelah.

Ketika sedang menunggu jemputan saat masih duduk di bangku SMP, salah seorang kawan sempat berlari menghampiri dan memeluk saya. Belakangan ia melanjutkan curhat soal polah pacarnya itu. Memang drama soal cinta ini tidak ada habisnya.

Satu hal yang saya pahami dalam kondisi ini adalah perasaan yang selalu jadi prioritas mereka. Pikiran-pikiran logis lalu dinomor duakan. Cinta memang buta. Oleh sebab itu, banyak yang akan kembali mengejar sang mantan. Susah move on katanya. Ada yang memberi opsi untuk break dulu atau mempertanyakan sifat yang perlu diubah dari dirinya.

Pada kondisi di atas, peran teman jadi amat krusial. Fungsinya mencegah mereka semakin menyesal di kemudian hari. Alias kehilangan harga diri. Karena itu, wacana-wacana soal jodoh tidak akan kemana, si mantan memang kurang ajar, ataupun saatnya mencari pacar baru harus gencar dilakukan.

Apakah sobat patah hati ini lantas akan menurut? Tentu tidak. Justru banyak yang berhasil balikan. Kalau begini, ya sudah. Cukup geleng-geleng kepala sembari memberi wejangan soal kejadian masa lalu. Pokoknya yang terpenting mereka senang.

Bagaimana kalau ternyata masa lalu yang menyakitkan itu kembali terulang? Tentu tak bisa asal celetuk, "Nah, aku bilang juga apa?" Perasan sedih mereka harus divalidasi dulu. Simpati dan empati mesti jadi senjata utama.

Saya sendiri pernah sampai pernah ikut melabrak pacar teman saya. Ia ketahuan selingkuh dengan teman saya yang lain. Kalau keterlaluan macam ini, mode galak memang harus dipakai!

Hal yang paling berat jadi teman curhat adalah ketika kita tidak merestui hubungan tersebut. Biasanya saya merasa si pacar tidak layak. Cuma omong doang dan modal gombal. Sedangkan kawan saya, merupakan sosok yang terkenal pintar, mandiri, dan pekerja keras. Wajar kalau muncul asumsi soal kena pelet semacam bulu perindu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun