Haji atau Umrah yang kembali ke tanah air, adalah tentang asykar. Penjaga ketertiban di Masjidil Haram.
Diantara cerita yang kerap muncul dari JamaahPara Jamaah Haji atau Umrah sering menggambarkan asykar sebagai lelaki Arab yang keras dan menakutkan. Suka melotot dan meneriaki Jamaah Haji dan Umrah.
Para Jamaah tidak keliru bila menceritakan profil Asykar seperti itu. Karena memang begitulah asykar.
Tulisan ini sudah dipublikasikan sebelumnya disini ; Asykar penjaga ketertiban masjidil haram dan lelaki arab
Asykar berperawakan tinggi besar. Bila perawakannya kecil, tubuhnya terlihat kukuh. Mata asykar terlihat tajam. Karena itu pelototannya pun kerap membuat Jamaah keder. Begitu juga suaranya. Keras dan suka berteriak.
Suara yang keras, mata yang melotot tajam dan perawakan tinggi besar, adalah kombinasi yang cukup membuat orang keder. Apalagi bagi Jamaah dari Indonesia yang perawakannya kecil serta dikenal orang Arab sebagai orang yang murah senyum dan bukan pembuat masalah.
Secara bahasa, asykar berarti tentara. Orang yang diberi senjata api dan otoritas untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Baca juga;Â Masjid di Arab Saudi dan orang-orang kelebihan berat badan
Namun dalam konteks penjagaan Masjidil Haram, Askar bukan hanya tidak dibekali senjata api, juga tidak dibekali peralatan paling minimalis untuk menjaga ketertiban. Seperti rotan atau pentungan. Senjata utama Askar adalah suaranya yang tinggi, pelototan mata, wajah sangar serta handy talkie untuk koordinasi sesama mereka.
Asykar atau tentara Masjidil Haram tidak sama dengan tentara Israel penjaga Baitul Maqdis dan tembok ratapan. Dua tempat suci bagi orang Islam dan orang Yahudi. Mereka bukan hanya bertampang angker dan intimidatif, tapi juga menenteng senjata api. Â
Karenanya bila diperhatikan secara seksama, ada dua hal yang terlihat dari askar masjid haram. Meski mereka terlihat sangat dan keras, asykar Masjidil Haram tidak melakukan tindakan kekerasan, serta protektif terhadap anak dan manula.