Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Audrey Tang, Menteri Digital Taiwan

14 September 2022   17:57 Diperbarui: 14 September 2022   18:13 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wikipedia, sindonews

Sebagai orang yang bertanggung jawab untuk pengembangan Digital di Taiwan, Tang dikenal mempunyai visi dan program konkret yang mendapat aplaus banyak kalangan. Mulai dari caranya menghadapi hoax, sampai dengan cara pandangnya tentang jaringan internet.

Alih-alih memelihara banyak buzzer dan menciptakan akun-akun robot seperti yang dipraktekkan Russia, Tang menangkal hoax dengan cara merubah hoax menjadi bahan candaan. Karena menurut Tang, cara paling efektif menangkal hoax adalah dengan humor. Bukan dengan buzzer atau kontra informasi dengan hoax yang baru.

Ketika Taiwan dilanda pandemi COVID, Taiwan adalah negara yang dianggap sukses menangkal pandemi tanpa harus menerapkan Lock Down. Meski Taiwan sangat berdekatan dengan pusat COVID di China. Diantara faktor keberhasilan itu adalah ketika Tang mampu membuat sistem Digital yang memudahkan masyarakat Taiwan mengakses ketersediaan masker dan memonitor orang-orang yang menjalani isolasi mandiri dengan efektif.

Hal lain yang cukup revolusioner dari Tang adalah ketika mengatakan bahwa ketersediaan jaringan internet mestinya merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Jadi menurut Tang, masyarakat Taiwan bisa protes bila menemukan salah satu area di Taiwan yang tidak tercover jaringan Internet.

Namun sebetulnya kerja pelik dan sangat rumit yang mesti dihadapi Tang bukanlah pada penyediaan sarana atau menjadikan dunia digital sebagai alat untuk mendukung demokratisasi dan pemerintahan Taiwan yang efisien, tapi pada konflik politik yang sedang dihadapi Taiwan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kebanyakan masyarakat Taiwan, yang juga disuarakan Preisen Tsai Ing Wen, untuk tidak mau berada dibawah pemerintahan China daratan, menjadi pangkal perselisihan antara Taiwan dan Pemerintah China pimpinan Xi-Jinping.

Eskalasi ketegangan kedua negara ini meningkat manakala Presiden China, Xi-Jinping, dalam acara ulang tahun Partainya mengatakan dengan jelas bahwa Taiwan adalah bagian dari China daratan dan harus kembali ke China daratan. Sementara pada saat yang sama, pemerintah Taiwan mendapat dukungan pemerintah Amerika Serikat sebagai negara sendiri, bukan bagian dari China.

Ketegangan antara Taiwan dan China ini sendiri pada akhirnya bukan hanya menjadi ancaman bagi kedua negara saja, tapi juga ancaman bagi negara lain. Karena konflik antara dua negara yang dipisah Laut China Selatan, pada akhirnya akan memicu konflik di Laut China Selatan.

Laut China Selatan sendiri mempunyai posisi yang sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia. Bila China kita anggap sebagai pabrik dunia, karena disana banyak pabrik-pabrik berdiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia, maka Laut China Selatan adalah jalur kapal-kapal laut untuk mendistribusikan produk-produk dari China. 

Belum lagi posisi Taiwan sebagai supplier lebih dari 50% kebutuhan semikonduktor dunia. Maka perang antar keduanya, mau tidak mau akan menimbulkan guncangan cukup besar bagi negara lain.

Namun dari segi kekuatan militer, Taiwan jelas kalah jauh dibanding China. Apalagi bila dilihat dari besarnya wilayah. Karena itu China kerap menerbangkan pesawat tempur nya memasuki wilayah Taiwan. Sesuatu yang dianggap melanggar hukum internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun