Karena tidak jelas tolak ukur. Sementara secara etis kemanusiaan, ide itu seperti tidak menghargai nyawa masyarakat. Entah berapa ribu orang yang sudah kehilangan orang tua, anak dan sanak saudaranya karena Covid-19.
Mungkin terakhir yang membuat banyak orang jengkel adalah maraknya baligho-baligho politisi yang sedang mempersiapkan diri untuk Pemilu 2024. Sehingga tidak salah bila netizen mengatakan fenomena netizen itu dengan satu rangakain kalimat "Pandemi belum berakhir, Pemilu sudah dimulai".Â
Rumitnya lagi, bila kita kembali kepada laporan majalah Tempo diatas, semua itu dilakukan politisi atas dasar restu dan perintah dari Pak Lurah alias Pak Presiden.
Kalau sudah berkaitan dengan etik menghadapi pandemik ini, kita pun jadi gelap. Tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah mengelus dada. Setelah menghindar dan mampu untuk tidak mengeluarkan keluhan dan caci maki di media sosial.
Â