Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kumpulan Cerita Rakyat Asia Tenggara

31 Juli 2021   10:34 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:59 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan Cerita Rakyat Asia Tenggara

Nama lengkapnya adalah David Clarence McClelland. Dilahirkan di New York pada 20 Mei 1917 dan meninggal pada 27 Maret 1998. McClelland menyelesaikan sarjananya di Wesleyan sebelum meraih gelar M.A bidang Psikolog di Missouri. McClelland selanjutnya menyelesaikan program Ph.D dalam bidang Psikologi Eksperimental di Yale University pada 1941. Sebelum mengakhiri karir akademisnya sebagai Guru Besar Harvard, McClelland sempat mengajar Psikologi Sosial di Saltzbur Austria dan melakukan berbagai perjalanan ke Asia Tenggara, Afrika Timur dan Eropa untuk mengembangkan metodologi Behavior Event Interviewing (BEI).

McClelland sendiri dikenal dengan idenya yang menentang test IQ dan kepribadian sebagai alat ukur menilai kapasitas seseorang. Menurut McClelland, test IQ dan kepribadian adalah alat ukur yang sangat buruk untuk memprediksi kompetensi seseorang. Bagi McClelland, faktor penting pembentuk kapasitas manusia adalah motivasi bukan IQ atau kepribadian. Karenanya McClelland menyarankan perusahaan-perusahaan di Amerika merekrut calon pegawai baru dengan test motivasi bukan test IQ dan kepribadian. Bersama rekannya John Atkinson, McClelland mengembangkan sistem test bernama Thematic Apperception Test (TAT) untuk mengukur motivasi seseorang.

Ini pendapat McClelland terdapat pada pemilahannya mengenai tiga macam "Need" dalam diri manusia yang menjadi motivasi dasar manusia dalam hidupnya. "Need" itulah yang menjadi faktor pembeda kehidupan setiap manusia. Ketiga "Need" itu adalah "Need for Achievement", "Need for Power", "Need for Affiliation". Secara berturut-turun, McClelland menyingkat ketiga nama itu dengan "N-Ach", "N-Pow" dan "N-Aff"   

"N-Ach" adalah hasrat pada diri manusia untuk meraih capaian tertinggi dalam hidupnya atau hasrat untuk prestasi. Karena ingin mencapai prestasi tinggi, orang yang memiliki "N-Ach" berani mengambil resiko dan berhadapan dengan tantangan dan kesulitan.  Dia lebih suka berkompetisi ketimbang berkompromi. Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan "N-Ach" yang tinggi tercermin dari seorang pelajar yang ingin mendapat skor tinggi, atlet yang ingin meraih tropy atau profesional yang ingin meraih karir yang cemerlang.

Sementara "N-Aff" adalah orang-orang yang mempunyai hasrat membangun harmoni dengan sesamanya. "N-Aff" mendorong seseorang untuk diterima oleh orang lain, berkompromi dengan norma yang ada di sebuah kelompok, lebih menyukai kerjasama ketimbang kompetisi dan merasa enjoy menjadi bagian sebuah kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari "N-Aff" inilah yang mendorong orang mempunyai prinsip "Mangan ora mangan kumpul". Apapun kondisinya, berkumpul dengan teman dan sanak saudara adalah yang terbaik.  

Adapun "N-Pow" adalah orang yang mempunyai hasrat untuk memegang otoritas supaya berkuasa. Dia adalah orang yang ingin melihat orang lain mengikuti apa yang dia katakan baik secara personal maupun institusional. Bila secara personal dia ingin orang lain menuruti kehendaknya karena dia punya sesuatu yang dihargai, maka secara institusional dia ingin menduduki posisi yang membuat orang tunduk kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan "N-Pow" tinggi terwujud pada diri politisi yang mengejar jabatan politik untuk berkuasa atau pejabat publik yang sangat senang ucapannya diikuti orang lain.

Hal menarik dari teori "Need" ini adalah ketika McClelland menyampaikan bahwa ketiganya tidak akan pernah mencapai skor maksimal secara bersamaan. Akan ada "Need" yang dikorbankan untuk mencapai nilai maksimal salah satu "Need". Orang dengan nilai "N-Aff" tinggi kerap mendapat nilai rendah di "N-Ach" atau karena memiliki hasrat "N-Pow" yang sangat tinggi, orang berani mengorbankan "N-Aff". Begitu seterusnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan orang yang karena mempunyai hasrat tinggi mengejar karir, "N-Ach", mesti mengorbankan kebutuhannya untuk berafiliasi, "N-Aff". Sehingga dia bisa hapal semua pegawai di kantor, tapi lupa tetangga atau keluarga. Dalam politik, kerap ditemukan politisi yang dengan sikap dingin mengorbankan keluarganya untuk memperoleh jabatan yang sangat strategis.

Namun bila dikaitkan dengan buku sastra klasik berjudul "Kumpulan Cerita Rakya Asia Tenggara" yang diceritakan kembali oleh Nurul Hanafi dan diterbitkan Penerbit Kakatua, maka yang menarik adalah ketika teori "Need" McClelland dipakai untuk mengukur "Need" tertinggi apa yang ada di tengah masyarakat Asia Tenggara. Karena dalam salah satu bukunya, "Achieving Society", McClelland mengukur "Need" sebuah kawasan atau masyarakat dengan cara menggali cerita-cerita dominan apa yang berkembang di masyarakat tersebut. Masyarakat dengan "N-Ach", "N-Pow" atau "N-Aff" yang tinggi, selalu ditopang dengan hikayat yang menopang ketiga "Needs" diatas.

Bila kita memakai cara pandang McClelland ketika membaca buku "Kumpulan Cerita Rakyat Asia Tenggara" ini, maka kita akan menemukan masyarakat Asia Tenggara sebagai masyarakata dengan "N-Aff" yang tinggi. Masyarakat yang melihat harmoni dengan masyarakat, kedekatan dengan keluarga dan saudara sebagai variable penting dalam kehidupan. Bukan masyarakat dengan "N-Ach" apalagi "N-Pow" yang tinggi.

Di Indonesia misalnya. Ada cerita mashur tentang Malin Kundang. Malin Kundang mungkin hikayat tentang orang yang sukses ketika merantau. Namun hikayat menonjol dari Malin Kundang adalah orang sukses yang malu mengakui seorang tua renta yang miskin sebagai Ibu kandunganya.  Malin Kundang adalah orang yang memiliki "N-Ach" tinggi dan mesti menurunkan "N-Aff" untuk meraih Achievementnya tersebut.

Di negara Malaysia sendiri kita akan menemukan cerita berjudul Bidasari. Seperti juga Malin Kundang, Bidasari mungkin hikayat tentang sebuah kerajaan. Tapi hal menonjol dari hikayat ini adalah ketika seorang Ratu yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan tapi hidupnya berakhir dengan tragis. Pada titik lain ada seorang Bidasari yang hidupnya berakhir bahagia karena bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.

Hal yang tidak jauh berbeda akan kita temukan dari cerita "Benito Utusan Setia" dari Filipina. Benito yang miskin pada akhirnya memang menjadi Raja. Tapi itu bukan karena Benito yang suka melakukan manuver politik untuk menjadi seorang penguasa. Benito bisa meraih itu karena ingin menyelematkan keluarganya yang miskin dan kesetiaannya mengabdi. Benito adalah orang yang memiliki nilai "N-Aff" dan "N-Ach" tinggi sehingga mau melakukan apapun demi keluarga dan cita-citanya.

Hal paling mendasar yang perlu diperhatikan dari pandangan McClelland ini adalah pandangan terselebungnya untuk mendegradasi sebuah negara atau kawasan. Teori "Need" yang dikembangkan McClelland kerap menjadi alat justifikasi untuk menilai keunggulan sebuah bangsa. Masyarakat dengan "N-Ach" yang tinggi, kerap dianggap sebagai masyarakat lebih unggul dibanding masyarakat dengan "N-Aff" yang tinggi. Orang yang berani berkorban memutus kebutuhan afiliasi dengan masyarakat dan keluarga demi meraih prestasi tinggi, dianggap orang atau masyarakat yang unggul. Padahal dalam banyak hal, banyak masyarakat atau orang yang justru menilai harta tertinggi nya bukan uang tapi orang tua.

Pandangan yang tidak bisa dihindari. Karena McClelland sendiri berasal dari Amerika yang pada waktu itu sedang giat-giatnya membangun keunggulan bangsa dengan sistem kapitalistik nya. Terlebih dalam kurun waktu yang cukup lama, Ilmu Psikologi yang dikembangkan di Amerika tidak lebih dari Psikologi kapitalistik. Ilmu Psikologi yang dikembangkan untuk mengembangkan masyarakat Amerika yang kapitalistik. Thematic Apperception Test (TAT) yang dikembangkan McClelland dipakai banyak korporasi untuk meningkatkan produktivitas.

Kelemahan kedua adalah komposisi cerita yang ada di buku ini sendiri. Nurul Hanafi yang menuturkan kembali cerita rakyat Asia Tenggara diatas, tidak menjelaskan bagaimana metodologi memunculkan cerita-cerita tersebut dalam buku ini. Apakah Malin Kundang sebagai representasi Indonesia dituliskan kembali dalam buku ini karena dia certa paling populer, atau ada pertimbangan lainnya.

Selain itu, buku ini juga tidak mencantumkan dari buku apa saja cerita rakyat Asia Tenggara berasal. Berbeda dengan buku "Kumpulan Cerita Rakyat Cina" dan "Kumpulan Buku Rakyat Korea" yang menceritakan asal muasal cerita-cerita di buku tersebut.

Tapi lepas dari hal diatas, sangat menarik membaca hikayat-hikayat rakyat Asia Tenggara yang diceritakan kembali dalam buku ini. Seperti cerita yang berlaku di masyarakat Filipina dalam melihat Elang yang suka memangsa anak Ayam. Cerita yang ternyata berbeda dengan yang beredar di orang Cina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun