Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kumpulan Cerita Rakyat Korea

18 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 18 Juli 2021   09:17 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun ketika bergembira menyambut kesembuhan Bapaknya, tiba-tiba datanglah anaknya yang kemarin dia sembelih. Kepada Ibu Bapak nya, si Anak minta maaf karena malam tadi tidak pulang. Karena hujan, guru nya tidak mengizinkan dia pulang sehingga dia menginap di tempat gurunya.

Si Pemuda dan Istrinya kaget dengan cerita si anak. Karena sangat jelas bila malam tadi mereka sudah menyembelih anaknya dan menguburkan jasadnya. Penasaran, si Pemuda tersebut kemudian mendatangi guru anaknya. Guru anak nya pun bercerita hal yang sama. Dia memang menahan murid nya tersebut untuk menginap di rumah karena hujan.

Masih diliputi kebingungan, Pemuda tersebut kemudian tertidur. Di dalam tidurnya, si Pemuda didatangi Biksu yang menyarankan si Pemuda untuk menyembelih anaknya. Kepada si Pemuda, Biksu mengatakan bahwa anak yang mengaku sebagai anaknya, dia memang betul-betul anaknya. Pada malam si Pemuda tersebut mau menyembelih anaknya, dia sudah mengganti si Anak dengan Ginseng berumur ribuan tahun. Biksu tersebut menyuruh si Pemuda untuk menggali tempat dia mengubur anaknya.

Esoknya si Pemuda tersebut pun menggali kembali gundukan tanah tempat dia mengubur anaknya. Ternyata seperti yang disampaikan si Biksu dalam mimpinya, di kuburan tersebut tidak ada jasad anaknya. Yang ada adalah bekas potongan Ginseng yang dijadikan obat. Berdasarkan cerita inilah kemudian orang Korea sangat menghargai Ginseng.

Diluar cerita tentang Ginseng yang bagi masyarakat Korea sangat mujarab menjadi obat, bila kita membaca hikayat diatas pastinya kita akan teringat hikayat Nabi Ibrahim. Penghulu Agama samawi yang bersama Istrinya berketetapan hati untuk menyembelih anaknya yang terkasih, Ismail, demi mematuhi perintah Tuhan. Namun ternyata ketika akan disembelih, Tuhan mengganti sang anak dengan kambing. Hikayat suci inilah yang kemudian diperingati oleh orang Islam sampai sekarang di setiap hari raya Idul Adha.

Hanya saja berbeda dengan hikayat Nabi Ibrahim yang mengingatkan masyarakat beragama untuk tidak mempunyai cinta berlebih selain kepada Tuhan, hikayat Pemuda Korea diatas ingin menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dalam kehidupan. Berdasar cerita diatas kita tidak hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa Ginseng sebagai tradisi pengobatan tertua dalam masyarakat Korea, tapi juga pentingnya berbakti kepada orang tua dalam kehidupan masyarakat Korea.

Mungkin karena pentingnya orang tua itulah maka seperti orang juga orang Indonesia, orang Korea menganut sistem "extended family" bukan "nuclear family". Bahwa yang akan berpengaruh kepada kehidupan setiap orang adalah "extended family" keluarga besar, bukan "nuclear family" atau keluarga inti. Orang tidak bisa mengambil keputusan semaunya. Ada orang lain yang mesti dia pertimbangkan ketika mengambil keputusan.  

Bila kita melihat tayangan televisi sebagai produk budaya, bukan hanya produk komersil, maka kita akan melihat hal serupa pada Drama Korea yang ditayangkan TV Korea. Drama Korea berjudul "Something in The Rain" misalnya. Dalam Drama yang ditayangkan, JTBC, "Joongang Tongyang Broadcasting Company" disebutkan tentang Jin-Ah dan Joon-Hee yang mempunyai empat halangan besar untuk melanjutkan hubungan mereka. 

Permasalahan perbedaan umur yang signifikan, status pertemenan erat Jin-Ah dengan kakak Joon-Hee yang sudah seperti saudara, status Joon-Hee yang yatim piatu dan restu dan orang Jin-Ah utamanya Ibu. Jin-Ah dan Joon-Hee bisa menyelesaikan tiga halangan besar pertama, tapi handicap terakhir, dan itu yang paling besar, sulit mereka selesaikan.

Dalam bentuk yang berbeda, hal itu juga bisa kita lihat dalam Drama "One Spring Night". Dalam Drama yang ditayangkan statsiun televisi MBC, "Munhwa Broadcasting Corporation", Jung-In bisa menerima status duda beranak satu seorang Ji-Ho. Meski itu sangat sakral dalam masyarakat Korea. Namun Jung-In kesulitan mendapat restu dari orang tua. Begitu juga sebaliknya dengan Ji-Ho. Meyakinkan Ibu nya untuk tidak khawatir terhadap keputusan yang dia ambil, menjadi pekerjaan yang sangat berat.


Kita bisa bandingkan dua film diatas dengan film drama romantik yang juga pernah hits di Barat, "Notting Hill". Problem terbesar bagi Anna Scott (Julia Roberts) dan William Tacker (Hugh Grant) bukan pada restu orang tua tapi pada pertautan style kehidupan masing-masing. Dimana selebriti kondang mesti bersatu dengan masyakarat biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun