Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pandangan Sekilas atas Drama Korea

3 Mei 2021   21:55 Diperbarui: 3 Mei 2021   22:12 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Menurut Robb, pemerintah Amerika pun memanfaatkan situasi ini. Pentagon bersedia menurunkan biaya sewa peralatan perang mereka untuk pembuatan film, asal film yang dibuat sesuai dengan visi pemerintah Amerika. Bahkan Pentagon tidak segan-segan untuk menggratiskan biaya sewa peralatan, asal script film yang disodorkan Hollywood sesuai dengan yang mereka inginkan. Bila para pembuat film tidak mau memenuhi syarat dari Pentagon, maka mereka harus membayar biaya mahal untuk menyewa peralatan perang. Untuk berhubungan dengan industri film ini, Pentagon membuat sebuah buku panduan khusus berjudul "A Producer's Guide to US Army Cooperation with the Entertainment Industry"

Karena itu tidak aneh bila kita melihat paradoksnya film Ramboo yang pernah booming di Indonesia pada tahun 1980an. Ramboo seorang super soldier yang bisa memporak-porandakan satu kompi pasukan Vietnam seorang diri, sementara Amerika kalah telak di perang Vietnam. Pada titik inilah menurut Robb, film tidak lagi menjadi media hiburan tapi juga media propaganda.  

Karenanya Rob pun memilah dua jenis film Amerika, yaitu film yang direstui Pentagon dan film yang tidak direstui Pentagon. Bila film yang direstui Pentagon adalah film yang mengikuti kepentingan Pentagon atau pemerintah Amerika, maka film yang tidak direstui adalah film yang bertentangan dengan kepentingan Pentagon

Diantara film yang direstui Pentagon adalah "Air Force One" (1997) yang menceritakan canggihnya pesawat kepresidenan Amerika dan aksi heroik Presiden Amerika, "Pearl Harbour" (2001) yang menggambarkan betapa pengecutnya Jepang yang menyerang Pearl Harbour dan betapa gagahnya Amerika melawan Jepang, atau "Top Gun" (1986) yang menggambarkan gagahnya prajurit AU Amerika yang dibintangi Tom Cruise.

Sementara itu Pentagon menolak memberikan bantuan pada film "Born on the Fourth of July" karena menyerukan kampanye anti perang Vietnam, film "Crimson Tide" karena pembangkangan yang dilakukan kru kapal selam Angkatan Laut AS. Adalagi film klasik "Forrest Gump" yang dibintangi Tom Hanks karena memberikan gambaran buruk tentang militer dekade 1960an. Karena sebagaimana diketahui, dalam film itu Tom Hank memerankan prajurit Amerika yang ber-IQ rendah. Terlebih dalam film tersebut ada percakapan yang merendahkan salah satu Presiden Amerika, Lyndon Johnson.

Bila kita melihat Drama Korea, maka propaganda seperti inilah yang agak sulit ditemukan. Tidak seperti Amerika yang ingin menunjukan betapa digdaya dirinya melalui film-film Hollywood, pemerintah Korea seperti tidak ingin melakukan hal serupa. Meskipun sangat mustahil rasanya Drama Korea yang sudah dikonsumsi banyak negara, bukan sebuah design yang tidak melibatkan pemerintahnya.

Karena sulitnya menemukan propaganda ala Amerika ini juga maka ketika Drama Korea masuk pada tema seperti terorisme, maka gambaran yang muncul terlihat lebih fair dan terbuka. Tidak seperti film Amerika yang selalu menggambarkan terorisme dengan orang berwajah Timur Tengah, maka dalam Drama Korea, isu terorisme dihadirkan dalam wajah multi ras tidak selalu Timur Tengah. Bahkan orang berparas Korea pun menjadi gambaran bagian dari teroris.

Meski begitu, bukan berarti pesan-pesan nasionalisme dan kepentingan Korea tidak terselip dalam Drama Korea. Karena kita dengan sangat mudah akan melihat produk-produk unggulan Korea berseliweran di setiap Drama Korea. Kita akan sulit melihat pemeran di film Korea memakai Iphone namun semuanya seolah memakai HP Samsung. Sekali-kali kita mungkin melihat pemeran nya memakai mobil Volvo produksi Swedia dan mengunyah Kopiko produksi Indonesia, namun dominannya kita akan melihat pemerannya memakai KIA atau Hyundai sebagai kendaraan sehari-hari dan memakan Bulghogi, Ramen atau Kimchi.

Namun kembali ke judul diatas. Apa yang kami tulis ini baru pandangan sekilas. Meski rujukannya adalah beberapa film yang sedang trending di netflix, namun jumlah film yang ditonton tetaplah minim.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun