Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Let's Do The Best and God Do The Rest

14 Agustus 2020   11:02 Diperbarui: 14 Agustus 2020   11:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://mgppldk.toonsup.com/

Let's Do The Best and God Do The Rest...

Ketika membicarakan Tuhan, secara umum orang selalu memilahnya pada dua hal yang berbeda. Pertama, adalah keberadaan Tuhan sebagai sesuatu yang bisa diserap panca indra dan dimaknai rasio. Kedua, Tuhan sebagai sesuatu yang dikonstruksi atau diimajinasikan akal.

Ketika membicarakan hal pertama, kebanyakan orang berpendapat bahwa Tuhan adalah realitas tertinggi yang tidak bisa diserap panca indra dan dimaknai akal.

Immanuel Kant misalnya. Pemikir Jerman ini menyarankan bahwa pembicaraan tentang keberadaan Tuhan adalah pembicaraan yang mesti dihentikan. Orang hanya akan membuang-buang waktu untuk membicarakan keberadaan Tuhan. Karena Tuhan adalah realitas tertinggi. Keberadaan Tuhan itu bukan masalah rasio atau panca indra, tapi masalah kepercayaan. Jadi cukup dipercayai bahwa Tuhan itu ada.

Perihal keberadaan Tuhan ini, Agamawan sendiri kerap mengintrodusir peristiwa Nabi Musa di bukit Thursina. Ketika itu Bani Israil meminta Nabi Musa untuk dipertemukan dengan Tuhan. Supaya keimanan bertambah tebal. Nabi Musa pun menyampaikan permintaan umatnya dan Tuhan memerintahkan Nabi Musa menemui-Nya di bukit Thursina.

Namun ketika sampai di bukit itu, Nabi Musa bukan hanya tidak bisa melihat Tuhan, tapi bukit nya pun terbakar karena disambar petir. Melalui peristiwa ini Tuhan ingin mengingatkan Musa dan kaumnya tentang wujud Tuhan. Bahwa bukit Thursina pun tidak sanggup menerima keberadaan Tuhan sampai harus terbakar.

Sementara dalam Agama Islam sendiri terdapat ajaran yang mengingatkan manusia untuk tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan wujud atau dzat Tuhan. Manusia lebih baik memikirkan makhluk ciptaan Allah bukan Dzat Allah nya.  Karena akal manusia tidak akan mampu mencapainya.

Namun keberadaan Tuhan sebagaimana adanya, berbeda dengan membicarakan Tuhan yang diimajinasikan manusia. Bila yang pertama adalah pembicaraan keberadaan Tuhan objektif yang bisa dilihat dan diraba, maka Tuhan secara subjektif adalah Tuhan yang dimaknai dan dikonstruksikan dalam pikiran manusia. 

Bagi masyarakat agraris, Tuhan adalah sesuatu yang ada di langit. Karena dari langit telah turun hujan yang membuat tanaman di bumi tumbuh subur. Karenanya masyarakat agraris kerap menengadah ke langit ketika membicarakan Tuhan.

Bagi kalangan muslim sendiri, imajinasi tentang Tuhan dalam lingkup yang sangat sederhana terungkap dari kalimat yang sering diucapkan setiap hari, yaitu "Bismillahirrahmanirrahim" Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahwa Tuhan adalah Pengasih dan Penyayang.

Dalam lingkup yang lebih luas, imaji tentang Tuhan terungkap dalam Asmaul Husna. Sifat-sifat Tuhan yang bagi orang Islam kerap dipisah dalam dua kategori, yaitu Tuhan yang Jamal dan Tuhan yang Jalal. Jamal adalah Tuhan yang mencintai keindahan, pengasih sehingga Hamba-Nya pun sangat merindukan dan ingin menjadi kekasihnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun