Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perjalanan Manusia dan Film "The Lost City of Z"

25 Juli 2020   14:10 Diperbarui: 26 Juli 2020   14:39 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FILM - The Lost City of Z (2017) | IMDb via tribunnewswiki.com

Di dinding Palazzo Apostolico, kediaman resmi Paus pemimpin Gereja Katholik di Vatikan, terpampang lukisan fresco berjudul "Scuola di Atena" atau "School of Athens". 

Dalam lukisan karya Raphael pada tahun 1509-1511, terdapat gambar-gambar tokoh besar yang namanya masih disebut sampai sekarang. 

Seperti Anaximander dan Pythagoras yang sedang menulis, Archimides yang sedang menunjukan karyanya, Alexander The Great dengan seragam tentaranya sampai dengan Ibn Rusyd yang terlihat sedang melihat catatan Pytagoras dari belakang bahunya dengan muka yang hitam dan mata menunjukan kepicikan.

Sebuah gambaran buruk tentang Ibn Rusyd meski tidak seburuk gambaran Dante Alighieri dalam Divina Commedia yang menggambarkan Ibn Rusyd terjebak dalam limbo, tepi neraka, bersama Salahuddin Al Ayyubi dan beberapa pemikir Islam dan Yunani non-Kristen.

Namun dalam lukisan itu, nama-nama besar diatas tetaplah pinggiran. Bukan utama. Setidaknya terlihat dari posisi mereka yang berdiri di pinggir atau duduk dibawah. 

Sentral dari lukisan itu adalah dua lelaki yang sedang berjalan beriringan di tengah-tengahnya. Lelaki pertama adalah seorang berjanggut panjang, terlihat sudah tua yang berjalan sambil mengacungkan satu jarinya keatas. Itulah Plato. Sedangkan disampingnya terlihat seorang lelaki yang lebih muda, berjalan sambil mengembangkan lima jarinya dan menghadapkannya ke bawah. Itulah Aristoteles.

Melalui tangan Plato yang menunjuk keatas, Raphael seolah ingin menggambarkan pandangan utama filsafat Plato yang dikenal dengan idealisme nya itu. Karena menurut Plato, yang hakiki itu pada dasarnya ada di dalam dunia ide dan itu tunggal. Bahwa apa yang kita lihat di alam nyata, bukanlah hal yang hakiki. Konon Plato sampai kepada kesimpulan seperti ini setelah melakukan perjalanan ke Timur.

Gambaran idealisme Plato ini mungkin bisa kita lihat dari "Allegory of The Cave" Plato  yang sangat mashur itu. Dalam alegori ini Plato menggambarkan tentang sekelompok manusia yang hidup di gua dalam waktu lama.

Di pintu gua, mereka membuat api untuk penerangan. Namun api tersebut ternyata tidak hanya berfungsi menerangi gua, tetapi juga memantulkan gambaran di dinding gua setiap kali ada sesuatu yang melintas di pintu gua.

Menurut Plato, kehidupan manusia itu seperti orang yang hidup di gua yang memperhatikan dinding gua. Mereka menganggap bahwa singa, harimau, pohon atau matahari, bentuknya adalah seperti yang terlihat di dinding gua. Padahal itu hanya bayangannya saja. Harimau, singa, pohon atau matahari yang sesungguhnya adanya diluar gua bukan di dinding gua. 

Manusia menurut Plato, hanya mampu melihat bayangan dari realitas yang sesungguhnya. Plato sempat mengatakan bahwa realitas yang sesunguhnya itu tunggal dan berada diatas segalanya. Pernyataan itulah yang kemudian ditafsirkan Plotinus sebagai Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun