Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Virus Corona, Kaburnya Batas antara Fiksi dan Fakta

25 Januari 2020   23:29 Diperbarui: 27 Januari 2020   09:08 10218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membawa pasien yang tengah terinfeksi virus. (sumber: AFP/STR/China Out)

Virus seperti ini sebenarnya tidak masuk dalam kategori mematikan. Hanya menyebabkan gangguan pencernaan terutama diare. Masalahnya virus corona itu dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki genetik beragam. Artinya, virus ini dapat menyebar dan menular ke berbagai spesies berbeda.

Di antara efek dari virus ini adalah demam biasa, gangguan pernapasan, radang paru-paru, dan bahkan kematian.

Contohnya pada tahun 2002 dan 2003, virus corona agresif bernama SARS-CoV mewabah di 30 negara dengan penderita lebih dari 8.000 orang dan 1.000 orang di antaranya meninggal. Sementara pada tahun 2012, virus corona Timur Tengah yang menyerang saluran pernafasan (MERS-CoV) ditemukan di Jazirah Arab.

Mungkin kabar baiknya adalah bahwa 2019-nCoV, hanya menyebabkan kematian 5% bagi penderitanya. Itupun kematiannya tidak dapat dikaitkan langsung dengan virus ini. 

Karena mayoritas yang meninggal ternyata karena sudah penyakit penyerta sebelumnya serta usia tua. Bandingkan dengan flu burung yang menyebabkan kematian pada 87% penderita atau 60% pasien SARS yang meninggal.

Namun masalahnya bukan besar kecil probablitas 2019-nCoV sebagai penyebab kematian, tapi posibilitasnya dalam menyebabkan kematian serta sebaran wabahnya yang cepat dan bisa melintasi batas. 

Sampai tulisan ini dibuat (25/01/2020), update kantor berita Xinhua dari China menyebutkan ada 1.287 orang suspect virus corona di mana 237 orang berada dalam kondisi kritis, 41 orang meninggal. Secara total, sudah 15.197 orang yang berinteraksi dengan penderita sudah bisa dilacak dan 13.967 berada dalam pantauan medis.

Sementara update dari CNN menyebutkan bahwa wabah ini juga sudah menyerang warga luar China. Di Hong Kong dan Thailand ditemukan 5 kasus dan di Australia terdapat 4 kasus.

Prancis, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan masing-masing terdapat 3 kasus. Adapun di Makau, Korea Selatan, Amerika, Vietnam telah ada 2 kasus dan di Nepal 1 kasus.

Bila dalam Contagion Dr. Erin Mears (Kate Winslate) mengungkapkan rumus R0 untuk menjelaskan percepatan persebaran sebuah wabah, maka angka-angka di atas menjadi sangat menarik bila dikaitkan dengan rumus R0.

Dalam Epidemiologi, ilmu yang mempelajari pola penyebaran penyakit serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut, R0 (er-zero) atau r nought, adalah notasi dari istilah Basic Reproduction Number atau Basic Reproductive Ratio. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun