Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"12 Angry Men", Hanya Butuh 1 Orang untuk Menangkal Hoaks

22 September 2018   08:29 Diperbarui: 22 September 2018   09:06 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(conversationagent.com)

Ketika melihat poster dan tahun film (1957), pastinya akan muncul interest yang menempatkan 12 Angry Men sebagai film tidak perlu ditonton. Apa bagusnya sebuah film produksi 61 tahun lampau ketika tekhnik sinematografi belum berkembang canggih seperti sekarang?

Ketika orang ditawarkan teknologi televisi beresolusi tinggi, film ini justru menawarkan warna hitam putih. Selain itu, mungkin bukan hanya penonton tetapi pemain film pun akan mengernyitkan dahi mendengar nama-nama Henry Fonda, E.G Marshall, John Fiedler, Lee J Cobb, Ed Bagley, Jack Warden yang membintangi film ini.

Rentetan hal di atas akan terkuatkan bila orang diberi tahu setting lokasi film. Ini adalah film yang menggambarkan perdebatan 12 Juri persidangan di ruang juri. Dari total durasi waktu 96 menit, hanya 3 menit berlangsung diluar ruangan juri. Jadi bayangkanlah menonton film hitam putih, dengan bintang tidak dikenal dalam setting satu ruangan selama 93 menit.

Tetapi bila kita mengikuti film ini detik demi detik dan dialog demi dialog, segala hal yang kita anggap akan menjemukan akan terusir. Faktanya, setengah abad setelah film ini dibuat (2007), Library Congress mendaftarkan film ini sebagai film Amerika yang mesti dilestarikan dalam United States National Film, karena dianggap "culturally, historically, or aesthetically significant".

Internet Movie Database (IMDBs), penyedia informasi film seluruh dunia, dan Rotten Tomatoes, situs film yang dikenal sangat "sadis" bila mereview sebuah film, menempatkan film ini sebagai 100 film top dunia sepanjang masa yang sangat layak ditonton. Sejajar dengan Schinder List nya Liam Neeson atau Shawshank Redemption nya Morgan Freeman

Sebagaimana diketahui, persidangan dalam sistem pengadilan Amerika Serikat menempatkan Juri sebagai pengambil keputusan. Cerita film yang disutradarai Sidney Lumet ini pada dasarnya sederhana saja.

Tentang seorang juri (Juri no 8) yang mempunyai argumen logis, rasional mesti berhadapan dengan 11 Juri lain yang penuh dengan keraguan, emosional, ketika akan memutus perkara. Tetapi karena Juri no 8 (Henry Fonda) konstant dan berusaha keras meyakinkan kekeliruan juri lainnya, maka kebenaran pun pelan-pelan terungkap. Juri akhirnya bisa menghindarkan diri mengambil keputusan keliru.

Juri no 8 memulai penolakan terhadap rancangan keputusan para juri lain dengan sederhana; menolak memberikan persetujuan dan meminta mereka mendengarkan pendapatnya.

Dengan pandangan yang logis ditambah simulasi meyakinkan, satu persatu Juri membenarkan pendapat Juri no 8. Setelah menghadapi berbagai penolakan, cemoohan, hujatan, kecaman akhirnya semua Juri bisa melihat runtutan peristiwa secara utuh dan dengan sangat yakin mengeluarkan keputusan tepat dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Dialog demi dialog dalam film berbudget 340 ribu dollar ini, seperti mengingatkan orang tentang bagaimana seharusnya bermusyawarah, bernegosiasi, berargumentasi, mempersuasi dan dinamika yang cukup berat yang akan dihadapi dalam sebuah proses itu.

Proses musyawarah demi melahirkan keputusan tepat tidak cukup ditopang dengan kemampuan mengartikulasikan pendapat, pikiran yang jernih atau kemampuan mensimulasikan pandangan dalam bentuk yang sangat sederhana, tapi kekuatan untuk tetap konsisten melakukan semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun