Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Resensi Film] "Mark Felt, The Man Who Brough Down White House"

12 Maret 2018   08:27 Diperbarui: 12 Maret 2018   18:01 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (IndieWire.com)

Dalam All The President Men yang dibintangi Dustin Hoffman, diceritakan tentang investigasi jurnalistik yang dilakukan duo jurnalis Washington Post untuk mengungkap Watergate dalam masa kepemimpinan Presiden Nixon

Film berdasar kisah nyata itu, memvisualkan bagaimana upaya The Post, sebutan Washington Post, untuk mengungkap skandal memalukan yang melibatkan orang-orang kepercayaan Presiden Nixon di Gedung Putih. 

Pada waktu itu tertangkap beberapa orang yang diduga melaksanakan aksi spionase terhadap kantor Partai Demokrat seteru Nixon dari Republik. Diantara pelakunya adalah mantan Agen CIA dan FBI yang bekerja di White House. Mereka dicurigai sedang memasang penyadap untuk memata-matai aktivitas politik partai Demokrat. Dibelakang mereka ditenggarai adalah orang-orang kuat kepercayaan Presiden Nixon, President's Men, yang tergabung dalam Komite Pemilihan Kembali Presiden. Semacam tim sukses untuk mencalonkan Nixon menjabat Presiden Amerika kedua kalinya.

The Post berhasil melakukan investigasi terhadap kasus Watergate dan membuktikan bila Presiden terlibat dalam skandal memalukan itu. Nixon yang belum lama dilantik menjadi Presiden Amerika yang kedua kalinya, terpaksa meletakan jabatannya karena skandal ini. Dalam melakukan investigasi itu, Woodword dan Bernstein, duo jurnalis The Post, mendapat bahan yang sangat rahasia dan confidential dari sebuah nara sumber yang juga rahasia dan tidak ingin namanya dipublikasikan. Narasumber rahasia yang merupakan orang dalam pemerintahan itu disebut orang dengan nama "Deep Throat". 

The Post sendiri sangat memegang teguh janji menyembunyikan identitas narasumber itu. Terbuktik sampai hampir 30 tahun lamanya, orang tidak pernah tahu siapa Deep Throat tersebut karena Post tidak pernah membukanya. Baru pada tahun 2005 publik tahu siapa itu Deep Throat. Itupun bukan karena pengakuan dari The Post, tetapi karena si pelaku yang mengungkapkan jati dirinya. 

Sementara itu di film lain berjudul J. Edgard Hoover dengan pemeran utama Leonardo Di Caprio, diceritakan tentang sosok seorang John Edgard Hoover. Pendiri dan Direktur FBI selama hampir 50 tahun. Clint Eastwood si pembuat film, menyebut Hoover sebagai The Most Powerful Man In The World. Pangkalnya bukan hanya karena Hoover berhasil membangun sebuah Biro Intelijen terkemuka di dunia, tapi karena dia juga menduduki jabatan Direktur FBI hampir 50 tahun atau selama 6 Presiden Amerika. Artinya, dari 6 Presiden Amerika Serikat, tidak ada satupun diantara mereka yang bisa dan berani memecat Hoover dari kursi Direktur FBI. Presiden Amerika boleh berganti, tapi Hoover di FBI tidak tergantikan. 

Konon, Hoover mempunyai banyak rahasia tentang Presiden Amerika yang dokumennya dia simpan dengan baik. Seperti sebuah file yang ditenggarai memuat skandal perselingkuhan Istri Roosevelt dengan seorang pemuda kulit hitam. Semua informasi itu didapat Hoover dengan cara melanggar hukum, yaitu memata-matai dan memasang penyadap ke orang-orang penting Amerika. Itu dilakukan Hoover bukan hanya kepada anggota parlemen, tetapi juga ke Gedung Putih. Karenanya Hoover dianggap orang yang sangat berbahaya karena tahu terlalu banyak aib politisi Amerika. 

Bila duo jurnalis The Post dan Hoover adalah dua kelompok manusia yang terpisahkan, maka Mark Felt adalah skrup yang menyatukan keduanya. Bila film Hoover dan All The Presiden Men adalah dua film yang berbeda, maka Mark Felt : The Man Who Brought Down White House adalah jembatan antar keduanya. Mark Felt bukan film sekuel dari kedua film diatas, tapi akan lebih memudah dan lebih lengkap memahami bila kita menonton ketiga film ini secara simultan. Film ini seperti kepingan untuk memahami dinamika sosial politik internal Gedung Putih dan FBI ketika Nixon mundur dari jabatan Presiden.

Mark Felt 

Bila salah satu kekuatan Hoover yang ditakuti Gedung Putih adalah kepemilikannya terhadap dokumen rahasia hasil investigasi FBI, maka Mark Felt adalah deputi Hoover yang mensortir segala informasi yang ada. Sebelum berbagai dokumen sampai di meja Hoover, Mark Felt lah yang mesti membaca semuanya dan dialah yang mensortirnya untuk kemudian sampai di meja Hoover. Mark Felt memegang semua rincian setiap dokumen rahasia dan confidential FBI. Bila Hoover mengabdikan diri hampir 50 tahun di FBI, maka Felt menghabiskan 30 tahun umurnya di FBI. 

Film ini menggambarkan apa yang terjadi setelah Hoover meninggal dan dinamika politik antara FBI dan Gedung Putih dalam kasus Watergate yang membuat Nixon terpaksa harus turun dari jabatannya sebagai Presiden Amerika. Konon dalam 200 tahun masa Kepresidenan Amerika Serikat, Nixon lah satu-satunya Presiden yang mengundurkan diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun