Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertemuan Khadijah dengan Nabi Muhammad (1)

5 Maret 2018   10:32 Diperbarui: 5 Maret 2018   10:38 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah sekian lama menjadi penggembala, Muhammad memutuskan berganti pekerjaan menjadi pedagang. Kebetulan Abu Thalib mempunyai toko, mulailah Muhammad membantu pamannya. Muhammad menjalankan usaha di pasar-pasar terdekat. Bila pekan dagang dibuka pada bulan Rajab, Muhammad tidak menyia-nyiakan peluang itu.

Kadang Muhammad juga bekerja pada sebagian konglomerat Mekkah. Seperti pada Khadijah bint Khuwalid. Bersama teman-temannya, Muhammad pernah menjual barang dagangan Khadijat ke Hubasyah. Sebuah pasar dekat Mekkah. Menurut Muhammad, Khadijah adalah orang baik. Hormat dan ramah pada pembantunya. Kata Muhammad; "Belum pernah kulihat seorang majikan sebaik Khadijah. Setiap aku dan temanku pulang, ia secara sembunyi-sembunyi memberi kami makanan"

Melihat perkembangan Muhammad, Abu Thalib  berpikir bahwa Muhammad sudah saatnya mandiri. Menjalankan usahanya sendiri, bukan usaha orang lain.  Karenanya ketika penduduk Mekkah akan memberangkatkan kafilah dagang ke Syam, Abu Thalib berkata pada Muhammad "Sudah saatnya kau, Muhammad, berdagang secara mandiri. Kau bisa ikut serta dalam kafilah Syam. Bukankah usiamu sudah dua puluh lebih?Apalagi keadaan saat ini sangat sulit. Sudah beberapa tahun kita dicekik paceklik"

Muhammad memahami usulan pamannya tersebut. Tetapi dia bingung, "Tetapi, paman, dari mana harta yang bisa kubawa dalam ekspedisi musim panas ini?" Pamannya tersenyum dan mengingatkan "Lihat pemuda-pemuda Quraisy itu! Mereka bekerja pada orang lain dengan cara bagi hasil. Kenapa kau tidak bekerja seperti mereka?"

Cara pandang Muhammad terbuka. Dia mulai berpikir keras. Dengan konglomerat mana dia bekerjasama. Lalu bagaimana cara berhubungan dengan para konglomerat itu. Apalagi penduduk Mekkah itu pada dasarnya pedagang tulen. Mereka jarang menyerahkan barang dagangannya pada orang lain. Kalau tidak dijalankan sendiri, mereka akan menyuruh anak-anaknya. Karenanya Muhammad pun meminta saran pamannya "Siapa yang rela menyerahkan dagangannya kubawa ke tempat yang jauh?"

Sebagaimana dulu Abu Thalib mencari pemilik hewan ternak yang baik dan jujur supaya bisa bekerjasama dengan Muhammad, kali inipun Abu Thalib memberikan saran konglomerat yang baik, terhormat, jujur dan bisa bekerjasama dengan Muhammad. Kata Abu Thalib "Khadijah bint  Khuwailid! Banyak laki-laki dari kaummu bekerja padanya.mereka untung. Kalau kamu datang kesana, dia pasti akan lebih memilihmu daripada yang lain. Sebab, ia sudah mengenalmu saat kamu dan temanmu menjalankan binisnya di Hubasyah.

Muhammad sangat tertarik dengan saran Abu Thalib. Masalahnya Muhammad tidak terbiasa menawarkan diri. Ia takut ditampik dan ditolak dengan cara tidak layak. Karenanya Muhammad berkata pada pamannya "Mudah-mudahan ia menyuruh orang kesini".Jawaban pasif yang tidak memuaskan Abu Thalib. Pamannya berharap Muhammad lebih aktif. Karenanya Abu Thalib berkata "Kamulah yang harus datang ke sana"

Tetapi rupanya dialog ini sampai ke telinga Khadijah. Entah dari mana asalnya. Informasi seperti merambat sehingga Khadijah yang tidak ada ditempat pun, tahu dialog antara paman dan keponakan ini. Tetapi Khadijah sangat senang mendengarnya. Sebagai pebisnis, Ia senang kalau dagangannya dibawa seorang pemuda berjuluk "Al-Amin", orang terpercaya.

Karenanya esok hari, Khadijah mengirim utusan menawarkan kerjasama dagang dengan Muhammad. Dengan senang hati Muhammad menerimanya tawaran itu. Terpenuhilah impian pamannya. Selain itu, Khadijah juga memberi kehormatan lain. Khadijah memerintahkan teman kepercayaannya, Maisarah, untuk menemani perjalanan dagang Muhammad. Khadijah berpesan agar Maisarah patuh pada Muhammad dan memenuhi segala keperluannya. Berangkatlah kafilah dagang Mekkah ke Syam dengan Muhammad didalamnya.

Setelah kembali dari Syam, Maisarah melaporkan semua aktivitas di Syam. Maisarah bercerita bagaimana Muhammad, berinteraksi dengan orang, tidak pernah menipu, tidak bertengkar juga kejadian aneh seputar diri Muhammad. Tentang awan berarak yang meneduhinya dari terik matahari di sepanjang perjalanan. Juga tentang rahib di Bashra (Syam) yang berkata, "Orang yang berada di bawah pohon itu tak lain adalah seorang nabi utusan",ketika Muhammad istirahat dibawah sebuah pohon.  

Cerita Maisarah mengingatkan Khadijah, ucapan sepupunya, Waraqah bin Naufal. Seorang monotheis sejati yang teguh menyembah Allah berdasar Agama Ibrahim. Ia sangat tekun membaca Taurat dan Injil, suka mencela agama Quraisy, menjauhkan diri dari kesenangan dunia. Waraqah sempat mengatakan bahwa sudah saatnya datang seorang nabi yang akan menghancurkan berhala-berhala, menyeru manusia menyembah satu Tuhan, mengajak mereka berbudi luhur dan menghindari perangai buruk. Khadijah yakin, Muhammad lah orang nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun