Facebook adalah salah satu sosial media yang memiliki jutaan pengguna, yang secara tidak sengaja menuntun saya secara tidak sengaja melihat postingan Mr. Harris tentang Aupair. Beberapa kali muncul di beranda saya hingga menuntun rasa penasaran saya tentang program tersebut.
Dari situlah saya berkesempatan untuk bertemu dengan Mr. Harris di kantornya. Di suatu pagi saya berangkat ke kantor Mr. Harris di Citra Harmoni, nama kantornya cukup menarik Full Hope Aupair bisa dibilang jika orang awam pertama kali mendengarnya pasti yang muncul di pikirannya adalah sesuatu yang penuh harapan.
Setiba di depan gerbang rumahnya, Mr. Harris dengan sangat hangat menyambut saya dan mempersilahkan masuk sembari menjabat tangan saya dengan erat. Setelah masuk mata saya melihat kanan kiri dan terkejut, "Banyak sekali buku di ruangan ini, mungkin ada ratusan"
Dan akhirnya oborolan kami dimulai. "Tanyakan apa saja yang kamu inginkan, saya akan luangkan waktu 45 menit untuk menjawab pertanyaanmu" kata beliau.
Dari banyak pertanyaan dan jawaban terdapat kata kata yang selalu saya ingat dan selalu terngiang di telinga saya sampai saat ini yang bercerita tentang kisah hidup Mr. Harris, kisah hidupnya di Belanda agar survive hingga berhasil dan meraih gelar di salah satu univ tertua bahkan salah satu terbaik di dunia.
"Fian, milikilah dan bentuklah kepribadian mudamu. Kepribadian yang menjadikanmu seorang kaliber international bukan lokal. Banyak orang Indonesia tidak punya kepribadian yang kuat akibatnya semua bisa dilacurkan di sini." Harta paling berharga saya adalah pengetahuan dan buku-buku saya." Kata tersebut mungkin terdengar biasa, tapi tidak untuk anak muda yang sadar.
Alih-alih merasa saya merasa kecil karena perbandingan pengalaman hidup dan ilmu yang dimiliki antara saya dengan beliau, beliau malah menjawab dengan bijak dan tegas, "Saya tidak pernah merendahkanmu apalagi membuatmu kecil. Saya hanya bercerita tentang pengalaman dan kisah hidup saya agar kamu juga punya semangat seperti saya."
Takdir memang sudah merajut benangnya hingga mempertemukan saya dengan Mr. Harris yang penuh dengan semangatnya yang tak pernah padam, seoarang idealis dengan semangat untuk mewujudkan mimpinya. Kisah hidupnya dan semangatnya yang membuat saya iri sebagai anak muda. Tidak pernah saya mengira niat yang hanya berkunjung untuk sekedar bercerita tentang aupair, tapi malah saya diberi bingkisan pinjaman buku dari beliau. Terima kasih Mr. Harris, yang telah menyalurkan semangat dan memberikan nasihat tentang pentingnya apa itu kepribadian dan jati diri sebenarnya.
(Fiannurdin univ. ITS Surabaya)