Mohon tunggu...
Delfi Nilarosa
Delfi Nilarosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Merupakan seorang mahasiswa Ilmu Hukum yang memiiliki ketertarikan besar di bidang Hukum Internasional. Menulis di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jutaan Jiwa Terkorban di Tanah Yaman

15 Juni 2022   22:03 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:09 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik yang terjadi di Yaman telah memasuki tahun kedelapannya. Sejak terjadinya pada September 2014, konflik yang melibatkan koalisi Arab Saudi dengan negara-negara Timur Tengah dan pemerintah Yaman, dengan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran telah memakan hampir 250.000 korban jiwa. 

Diantara ratusan ribu korban, terdapat anak-anak yang turut menjadi 'tumbal', baik secara langsung maupun tidak langsung. Peperangan demi pengaruh politik ini disebut-sebut sebagai salah satu krisis kemanusian terburuk dalam sejarah modern manusia sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Yaman Pra-Konflik

Setelah terjadi bom bunuh diri di pelabuhan Arden Yaman oleh kelompok teroris Al-Qaeda yang menyebabkan tewasnya 17 personel USS Cole pada Oktober tahun 2000, Amerika Serikat dan negara lain mendesak Presiden Saleh dari Yaman untuk memerangi kelompok Al-Qaeda yang berada di semenanjung Arab (AQAP -- Al-Qaeda in the Arabian Peninsula). 

Dengan dukungan langsung dari Amerika Serikat, Presiden Saleh meluncurkan banyak serangan brutal terhadap Syiah Zayidi Yaman yang dikenal sebagai Houthi di tahun 2004. Penyerangan ini didasarkan atas kecurigaan Presiden Saleh bahwa kelompok Houthi mencoba untuk memecah 

Yaman dengan menyebarkan ajaran Syiah di Yaman yang didominasi oleh penganut Sunni. Houthi menganggap penyerangan ini sebagai diskriminasi terhadap umat muslim Syiah yang merupakan minoritas di Yaman.

Di tengah peperangan terhadap kelompok AQAP dan Houthi, ketatanegaraan Yaman terganggu oleh maraknya korupsi di dalam pemerintahan yang dipegang oleh Presiden Saleh. Masyarakat, termasuk Houthi, mendesak perubahan struktur pemerintahan yang dimulai dengan mundurnya 

Saleh dari jabatannya sebagai presiden. Desakan ini dikabulkan oleh Gulf Cooperation Council (GCC). Jabatan Saleh diberikan kepada presiden baru Yaman, yakni Hadi. Namun, naiknya Hadi sebagai presiden rupanya tidak mengubah keadaan Yaman. 

Masyarakat kembali menuntut pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi Yaman yang semakin merosot. Tuntutan masyarakat ini kemudian menjadi demonstrasi besar-besaran yang berakhir pada Houthi mengkudeta Presiden Hadi. Kelompok Houthi kemudian memegang kekuasaan di Yaman dan Hadi melarikan diri menuju Arab Saudi.

Pada 2015, Arab Saudi memimpin penyerangan oleh koalisi negara-negara Timur Tengah terhadap kelompok Houthi untuk mengembalikan kekuasaan Hadi di Yaman. Houthi, dengan bantuan Iran yang merupakan saingan politik Arab Saudi di kawasan Timur Tengah, menyerang balik pasukan militer Arab Saudi.

Situasi Saat Ini

Intervensi negara-negara dengan kekuatan politik dan militer yang besar dalam konflik internal Yaman mengancam peningkatan konflik militer antara negara-negara di kawasan Timur Tengah. Konflik ini mengakibatkan banyak korban jiwa dari warga sipil Yaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. PBB mengestimasi 131.000 korban jiwa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun