Keringat suku kata yang sibuk menata tiap bait ini akan ku titipkan pada mata-mata angin,
ke arah dimana kau ada.
Ia kendarai ombak,
lalu menyeretmu dari seberang selat,
ke tengah dadaku yang gemuruh.
Nyatalah matamu!
Dati langit dan biri lirikanmu,
telah kujarah puisi dingin yang membawaku pada gigil tak berkesudahan.
Nyatalah bibirmu!
Sebab membaca senyummu
meningkatkan keimananku
kepada surga.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!