Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca-ulang Patriarki dalam Masyarakat

28 Januari 2023   14:38 Diperbarui: 28 Januari 2023   16:38 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fatigues of the Campaign in Flanders (1793). Sumber: Wikimedia Commons

Dan dalam abad ke-20, signifikansinya adalah menstigmatisasi persahabatan sesama perempuan yang dekat melalui seksualisasinya dan penilaian negatif secara simultan terhadap bentuk seksualitas tersebut.

Apa yang mesti dicermati, seksualitas merupakan praktik sosial sehingga tidak bisa direduksi pada level psikologis ataupun biologis semata. Seksualitas merupakan variabel historis dan lintas budaya dalam bentuknya. Dengan demikian, seksualitas mempengaruhi aspek-aspek relasi gender yang lain. 

Seksualitas merupakan variabel historis yang cukup signifikan bagi munculnya subordinasi perempuan sehingga ia perlu diidentifikasi dan dispesifikkan sebagai struktur yang terpisah dari gender.

Budaya patriarkal. Dalam pemahaman kritis, budaya patriarkal merupakan struktur yang diciptakan dari rangkaian beragam praktik-praktik yang dikendalikan lelaki. Dalam ranah filsafat, agama, pendidikan, maupun norma-norma tradisi, perempuan seringkali menjadi subjek yang direndahkan, sementara laki-laki adalah subjek yang berhak untuk berkuasa.

Dalam legenda Yunani, misalnya, perempuan adalah Pandora yang diturunkan oleh Zeus untuk menghukum laki-laki dengan cara membuka kotak kecil yang berisi kesulitan, kejahatan, maupun penderitaan (Synnot, 2003: 79-80). Kalau diperhatikan, legenda Pandora sangat mirip dengan cerita penciptaan Hawa untuk Adam dalam agama-agama samawi; Kristen, Yahudi, maupun Islam. 

The Birth of Pandora (1770, James Barry). Sumber: Wikimedia Commons
The Birth of Pandora (1770, James Barry). Sumber: Wikimedia Commons

Citra-citra negatif perempuan dalam cerita penciptaan inilah yang kemudian menjadikan mereka sebagai subjek dalam agama yang harus mentaati aturan-aturan pengendalian yang cukup ketat yang sebagian besar berorientasi pada kepentingan patriarki serta dikatakan ‘mendapatkan legitimasi dari kitab-kitab suci’.

Sementara Aristoteles, yang seringkali dianggap sebagai pejuang filsafat, merumuskan oposisi binner yang dengan jelas-jelas melemahkan perempuan: pria kuat >< perempuan lemah. 

Ilmu pengetahuan dan institusi pendidikan juga memberikan kontribusi dalam membedakan perempuan dan laki-laki dimana laki-lakilah yang seringkali mendapatkan keistimewaan. 

Rousseau, salah satu bapak ilmu sosial, dengan tegas mengatakan bahwa pendidikan wanita harus direncanakan dalam relasinya dengan laki-laki, menyenangkan hati laki-laki, memenangkan penghargaan dan cintanya, melatih laki-laki ketika masih kanak-kanak,  membentuknya pada saat dewasa, menasehati dan menghiburnya, membuat hidupnya bahagia (Synnot, 2003: 96-105). 

Bentuk-bentuk Patriarki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun