Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Air Terjun Maelang: Antara Keindahan dan Pentingnya Konservasi

1 November 2022   10:37 Diperbarui: 9 November 2022   12:07 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau warga tidak hati-hati atau mengusik ketenangan mereka, bisa membuat binatang-binatang tersebut marah dan menyerang. Akibatnya bisa fatal, dari luka-luka hingga meninggal. Maka, warga yang masuk ke hutan atau ingin menikmati indahnya air terjun harus hati-hati dan sebisa mungkin tidak mengusik binatang yang ada di sana. 

Air yang mengalir melewati bebatuan. Dokumentasi penulis
Air yang mengalir melewati bebatuan. Dokumentasi penulis

Sukmanya hilang juga bermakna meninggalnya seorang tokoh penyebar agama Islam di kawasan air terjun. Menurut keterangan warga, di dekat Maelang terdapat makam. Sayangnya, mereka tidak tahu siapa tokoh tersebut. Kita bisa berasumsi bahwa si tokoh tersebut mungkin ingin menikmati kedamaian dan keindahan air terjun, sampai akhirnya meninggal di sana. 

Menurut keterangan beberapa warga, sampai pertengahan 1990-an mata air yang mengalir ke air terjun cukup besar. Sungai kecil pun penuh dengan air. Ikan, udang sungai, dan kura-kura mudah dijumpai di air terjun dan sungai. Itu menandakan sumber makanan mereka masih banyak. 

Hening dan bening. Dokumentasi penulis
Hening dan bening. Dokumentasi penulis

Burung-burung endemik seperti cucak rowo, jalak, dan elang mudah dijumpai. Mereka suka bertengger di dahan dan ranting pepohonan di kawasan Maelang. Selain burung, ayam alas (ayam hutan) mudah ditemukan. Bahkan, kijang dan banteng sering muncul di hutan. Mereka berkeliaran mencari makan dan minum air.

Namun, debet di beberapa sumber air semakin menurun seiring dengan semakin lebat dan tingginya pohon jati yang dikelola Perhutani serta semakin sedikitnya pohon endemik seperti elo gondang, awar-awar, kepuh, beringin, dan yang lain. Pembabatan area pohon alami untuk kawasan pohon jati menjadikan tidak ada akar yang mengikat dan menampung air di bawah bebatuan kapur. 

Sungai menuju Maelang yang mengering. Dokumentasi penulis
Sungai menuju Maelang yang mengering. Dokumentasi penulis

Bahkan, beberapa mata air utama yang terletak beberapa kilometer dari Maelang sudah tidak mengeluarkan air lagi. Akibatnya, sungai alam pun mengering dan air yang mengalir ka Maelang hanya berasal dari beberapa mata air kecil terdekat. Dampak ikutannya adalah semakin berkurangnya sumber makanan untuk ikan, udang sungai, dan kura-kura, sehingga mereka semakin langka. 

Perlunya Konservasi Kawasan

Minggu, 30/10, saya bersama kawan-kawan dari LMDH Mitra Usaha dan Garempung (Gerakan Remaja Pinggir Gunung) Dusun Sebanen menyusuri kawasan air terjun Maelang. Terlihat dengan jelas, bahwa volume air yang mengalir memang semakin kecil. Air itu mengalir menyusuri bebatuan besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun