Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Narasi Film dan Televisi dalam Paradigma Kajian Budaya

10 November 2022   05:11 Diperbarui: 12 November 2022   18:33 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film dan tayangan televisi merupakan dunia naratif yang bisa dibaca secara kritis dan kontekstual dengan paradigma kajian budaya (Pixabay)

Dalam pemahaman sederhana, film merupakan seni audio-visual yang menyampaikan cerita tentang kompleksitas dunia yang direka-ulang kepada para penonton melalui dialog dan peristiwa yang melibatkan para pemain di dalamnya (Cavell, 2006; Spharshott, 2006; Arnheim, 1957). 

Dengan kata lain, film merupakan narasi yang dibangun melalui proses penandaan audio-visual dengan teknik-teknik filmis, semisal pengadeganan, sudut pandang kamera, teknik editing, tata cahaya, tata musik, dan lain-lain, yang mengkonstruksi dan memapankan makna tertentu yang berkelindan dengan persoalan masyarakat (Turner, 1999: 56-58; Ponech, 2009; Andrew, 1984: 64-65). 

Persoalan-persoalan dalam masyarakat tentu tidak ditampilkan apa adanya, tetapi melalui proses representasi; praktik penandaan yang memproduksi makna, wacana, atau realitas baru yang lebih menarik dan mudah diterima oleh khalayak yang lebih luas (Hall, 1997a: 15-19, 1982: 64). 

Pemahaman tersebut menjadikan film, mengikuti pemikiran Hall (1982: 65-66), sebagai proses ideologis yang memobilisasi dan menegosiasikan makna tertentu melalui praktik penandaan yang menjadikan mereka tampak wajar; seolah-olah tanpa kepentingan. 

Implikasi teoretis dan metodologis dari teori representasi terhadap kajian film dan televisi adalah penekanan lebih kepada aspek tekstual-kontekstual. Aspek tekstual adalah struktur naratif audio-visual yang dibangun dari banyak peristiwa naratif berbasis oposisi biner yang memproduksi makna dan wacana partikular. 

Konstuksi tersebut tidak berdiri sendiri, dalam artian berkorelasi dengan formasi wacana, ideologi, dan kepentingan yang ada dalam masyarakat; kontekstual. Mengkuti perspektif representasi, sesederhana apapun narasi film dan tayangan televisi selalu berkelindan dengan persoalan sosial, ekonomi, politik, gender, dan kultural.

Karena praktik representasi dalam kerja-kerja film dilakukan oleh para sineas yang menjadi bagian dari masyarakat, struktur naratif yang ada juga tidak bisa dilepaskan dari pandangan dunia dalam memandang persoalan tertentu dalam masyarakat yang terhubung dengan norma dan prinsip tertentu dari kelompok atau kelas sosial. 

Inilah yang menjadikan representasi bersifat ideologis. Dalam artian, makna dan wacana yang ada dalam narasi film dan televisi merespons permasalahan dalam masyarakat secara kreatif berdasarkan formasi wacana dominan yang berkembang.

Dengan pemahaman konseptual tersebut, kajian film dan televisi tidak bisa hanya berhenti pada aspek teknis dan struktur, meskipun tidak berarti harus meninggalkan kedua aspek tersebut. 

Aspek struktur naratif tetap dibutuhkan sebagai basis untuk mengungkap konstruksi wacana di dalam keseluruhan narasi yang berkaitan erat dengan ideologi dan kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun