Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ritus Travesti, Transformasi Besut dalam Budaya Masa Kini

6 Agustus 2022   10:49 Diperbarui: 6 Agustus 2022   10:59 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BERANGKAT DARI BESUT DAN BESUTAN

Besut, berpakaian putih, mengenakan penutup kepala (kupluk) putih dengan warna merah di bagian tengah, keluar dari arah belakang penonton. Sembari membawa obor, ia menggelandang Sumo Gambar, lelaki tua berpakaian lengkap, menerobos kerumunan penonton. Suasana mitis pun memenuhi ruang utama Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jember. 

Ratusan penonton seperti ditarik kedalam “lorong panjang” bersama sinar obor yang bergerak ke arah panggung. Lorong panjang itu terasa begitu jauh, meskipun sejatinya ada di masa kini. Lorong adalah metafor ruang kehidupan yang begitu pekat, tetapi bisa diterangi dengan obor. 

Dan, Besut adalah subjek yang dengan telaten mampu menerangi kehidupan itu. Para penonton yang memenuhi Gedung PKM pada 6 November 2019 pun terdiam menanti apa yang akan dilakukan Besut dan Sumo Gambar dalam lakon pertunjukan Ritus Travesti yang disuguhkan oleh Meimura dan tim kreatif.

Besut dalam banyak tradisi lisan diyakini sebagai tokoh pioner kelahiran ludruk di kawasan Jombang dan sekitarnya. Besut merupakan tokoh sentral dalam pertunjukan Besutan, kesenian rakyat asli Jombang yang merupakan perkembangan dari Lerok dan cikal bakal kesenian ludruk. 

Sumo Gambar dan Besut. Dok. penulis
Sumo Gambar dan Besut. Dok. penulis
Damayanti (2006) memaparkan bahwa Lerok merupakan pertunjukan keliling (ngamen) dari satu tempat keramaian ke tempat keramaian lainnya. Pada awalnya, karakteristik pertunjukan ini adalah dimainkan oleh pelaku tunggal dengan melakukan monolog secara atraktif agar bisa menarik penonton. 

Dalam perkembangannya, para seniman Lerok menampilkan lebih dari satu pemain dengan bermacam lakon pertunjukan. Lakon yang paling digemari adalah lakon yang menampilkan tokoh Besut. Itulah alasan mengapa kesenian ini kemudian lebih terkenal dengan Besutan

Dalam cerita lisan yang berkembang, Besut berasal dari akronim, "beto maksud" (membawa maksud/pesan/tujuan). Tokoh lain yang sering muncul adalah Rusmini, Man Gondo, Sumo Gambar dan Pembawa Obor. Besut yang gagah dan Rusmini yang cantik selalu menjadi sepasang kekasih atau sepasang suami istri. 

Sumo Gambar selalu berperan antagonis, sebenarnya sangat mencintai Rusmini, namun selalu bertepuk sebelah tangan. Man Gondo yang merupakan paman Rusmini, selalu berpihak pada Sumo Gambar, karena kekayaannya. Dengan tema apa pun lakon atau ceritanya, bumbu cinta segitiga antara Rusmini, Besut, dan Sumo Gambar selalu menjadi penyedapnya.

Dalam setiap pertunjukan, tubuhnya dibalut kain putih dengan tali lawe melilit perutnya. Diyakini, kain putih bermakna bersih jiwa dan raganya. Tali lawe melilit di perutnya melambangkan kesatuan yang kuat. Tutup kepalanya merah melambangkan keberanian yang tinggi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun