Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Jembatan Lori Berkarat

17 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 17 Juli 2022   04:43 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan lori pengangkut tebu di sebelah barat Desa Rejoagung, Kec. Semboro, Jember. Dok. penulis

Kiranya, kita perlu bercakap sejenak: demi jembatan lori berkarat yang menyuguhkan kebahagiaan dalam ribuan pesta di negeri seberang. Orang-orang berpakaian anggun menikmati cawan demi cawan anggur dalam gelimang senyum dan hitung-hitungan gulden yang selalu menggetarkan naluri untuk mengembara.  

Di jembatan ini, kita mendengar suara lori meraung di antara batang-batang tebu dan wajah-wajah pribumi mengikuti mantra mesin dan kesepakatan-kesepakatan di ruang mewah peradaban. Tembang merdu mengalun bersama dongeng kebaikan untuk orang-orang gunung dan lembah yang melelapkan tidur para pemuja kemanusiaan. 

Dok. penulis
Dok. penulis

Sementara, orang-orang memegang kapak dan sabit, orang-orang mencangkul lahan,  orang-orang menanam bibit, orang-orang memanen tebu, memperjuangkan nyawa demi melanjutkan sejarah yang bisa diceritakan untuk keluarga, demi kerinduan yang mesti dipersembahkan untuk malam-malam begitu panjang bersama bintang gumintang.  

Adakah cinta sesama manusia yang masih diperjuangkan bersama jelaga hitam asap lori, seperti yang dinyanyikan dalam indahnya orkestra megah? Masih tersisakah kesedihan demi menyaksikan pohon demi pohon yang ditumbangkan atas nama kemajuan? Masih pantaskah bicara keadilan seperti yang disampaikan orang-orang bijak di mimbar-mimbar agung?  

Dok. penulis
Dok. penulis

Kita perlu bercakap sejenak, bersama hangat kopi di warung pinggir sawah. Jembatan lori berkarat itu masih saja diajak mengantarkan rasa manis. Orang-orang terhormat masih ingin melipatgandakan senyum bahagia di masa kini, seperti para tuan besar dari negeri seberang di masa lalu. Sementara, batang-batang tebu semakin tidak menarik hati para petani. 

Tak perlu sedih ketika batu-bata dan cerobong asap pabrik gula harus mengakhiri perjalanan panjangnya, ketika lori demi lori menutup cerita di atas bentangan rel di tengah kebun tebu, ketika jembatan berkarat itu harus berhenti menanggung beban kemajuan. 

Dok. penulis
Dok. penulis

Mari bercengkrama dengan orang-orang dusun yang bergerak melampaui masa lalu menatap masa depan, bersama impian-impian yang dengan riang gembira dititipkan kepada keringat terus menulis waktu. 

Jember, 16 Juli 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun