Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gunungan, Kekuatan Kultural, dan Seruan Ekologis dari Lojejer Jember

26 Juni 2022   23:32 Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:05 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menunggu pembagian hasil bumi dari gunungan di Lojejer Jember. Dok. penulis

Atraksi reyog di jalan. Dok. penulis
Atraksi reyog di jalan. Dok. penulis

Posisi pentingnya sebagai benteng alam selatan Jember yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebudayaan. Maka, tidak ada pilihan lain selain terus menyerukan kepada masyarakat Lojejer dan sekitarnya tentang kepentingan ekologis bersama tersebut.

Beberapa informasi warga menyebutkan bahwa sudah pernah ada beberapa orang yang berusaha untuk menambang di kawasan Watangan. Karena warga meyakini itu sebagai aktivitas berbahaya, maka mereka mengusir mereka. Informasi tentang keinginan beberapa pihak untuk meneliti kandungan tambang di Watangan juga beredar di tengah-tengah masyarakat. 

Gunung Watangan berada di belakang arak-arakan. Dok. penulis
Gunung Watangan berada di belakang arak-arakan. Dok. penulis
Untungnya, Kades Lojejer, Mohamad Sholeh tidak berkenan untuk memberikan izin. Pilihan yang diambil warga dan Kades tentu patut diapresiasi karena mengutamakan keselamatan manusia, alih-alih penambangan yang hanya memberikan keuntungan besar kepada pemodal.

Keteguhan itulah yang harus disebarluaskan lebih lanjut. Arak-arakan gunungan menjadi medium untuk terus mengajak masyarakat menjaga Watangan dari tangan-tangan rakus yang ingin merusaknya. Bukan hanya karena di bukit tersebut terdapat pohon dan satwa endemik, tetapi karena keberadaannya melindungsi warga Lojejer dan Wuluhan. Lebih dari itu, hamparan tanah subur yang menghidupi ribuan warga Lojejer dan Wuluhan juga terlindungi.

Penari gambyong beratraksi di jalan. Dok. penulis
Penari gambyong beratraksi di jalan. Dok. penulis

Suguhan tarian gambyong di tengah-tengah arak-arakan menyimbolkan ekspresi syukur atas kesuburan tanah dan kemelimpahan hasil panen. Itulah mengapa para penarinya mengenakan baju berwarna hijau dengan gerak gemulai yang merepresentasikan gerak kehidupan yang harus dihayati dengan kebaikan, bukan kerakusan yang hanya membawa malapetaka. 

Ini sekaligus menjadi pesan ekologis untuk terus menjaga lahan pertanian di kawasan Watangan yang telah memberi banyak kepada warga. Menjaga kelestarian Watangan samahalnya menjaga kawasan pertanian tersebut yang berperan penting bagi kehidupan masyarakat.

Kehadiran para 'bidadari Watangan' berpakaian merah yang ikut dalam arak-arakan menjadi penanda bahwa kekuatan-kekuatan semesta atas izin Tuhan Yang Mahapemurah bisa menghadirkan energi kebaikan yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Samalnya Watangan yang memberikan banyak hal bagi warga Lojejer dan sekitarnya. 

Para 'bidadari Watangan' menyapa warga di sepanjang jalan. Dok. penulis
Para 'bidadari Watangan' menyapa warga di sepanjang jalan. Dok. penulis

Mereka bisa mendapatkan kayu hutan untuk bahan arang, rumput yang melimpah untuk pakan ternak, gua-gua purba yang bisa dijadikan wisata minat khusus, kayu bakar, dan yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun