Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca-ulang Perempuan Jawa

27 April 2022   09:20 Diperbarui: 27 April 2022   09:35 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Jawa di era kolonial. Koleksi Rijksmuseum Belanda

Dalam pandangan ideal, perempuan Jawa dari masa lalu hingga masa kini dikonstruksi sebagai subjek yang membawa karakteristik lemah-lembut, kalem, penuh kesopanan, dan masih banyak lagi. Pandangan tersebut menempatkan perempuan Jawa sebagai sosok yang harus membawa norma kelembutan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bagi mereka yang tidak bisa memenuhi norma tersebut, seringkali diposisikan sebagai liyan atau "durung Njawani" (belum menjadi Jawa, belum memahami budaya Jawa).

Pertanyaannya, apakah konstruksi dan pandangan demikian memang berasal dari akar masyarakat Jawa itu sendiri ataukah ada kekuatan atau subjek lain yang memainkannya untuk kepentingan ideologis dan politik tertentu? 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, menarik kiranya untuk membaca dan memahami tulisan Suzanne A. Brenner, "Why Women Rule the Roost: Rethinking Javanese Ideologies of Gender and Self-Control" (1995) yang berisi kajian etnografi yang dilakukannya mengenai "ideologi gender" dan "pengendalian diri" dalam jagat perempuan Jawa. 

Dalam penelitian yang dilakukan di Solo dan Yogyakarta, Brenner menemukan realitas betapa di balik konsep perempuan Jawa sebagai "konco wingking" (kawan di belakang) terdapat konteks historis dan kultural yang melingkupinya dan sampai saat ini menyisakan peran signifikan perempuan dalam ranah keluarga dan sosial, meskipun pengaruh tradisi keraton dan Islam dalam Jawa kontemporer masih kuat. 

KUASA PEREMPUAN DARI RUMAH HINGGA PASAR

Dalam beberapa penelitian etnografi banyak ditemukan data betapa para perempuan Jawa pada dasarnya mempunyai peran yang cukup signifikan dalam kehidupan rumah tangga dan dalam banyak hal mempunyai kesetaraan dalam peran. Peran dominan perempuan Jawa dalam kehidupan rumah tangga, terutama berkaitan dengan persoalan ekonomi di mana seorang istri lebih banyak berperan dalam mengatur lalu-lintas keuangan keluarga. 

Perempuan Jawa sekira tahun 1900. Fotografer: Kassian Cephas. Koleksi: KITLV
Perempuan Jawa sekira tahun 1900. Fotografer: Kassian Cephas. Koleksi: KITLV

Perempuan adalah 'ratu' dalam mengatur kehidupan ekonomi keluarga sedangkan laki-laki bertugas mencari uang dan memberikan penghasilannya untuk dikelola oleh istri. Hal ini bukan menandakan bahwa perempuan Jawa hanya berkutat aktivitas rumah tangga. Lebih dari itu, aktivitas tersebut lebih menunjukkan betapa perempuan Jawa bisa berbagi peran dengan kaum laki-laki dalam mengelola keluarga dan betapa tergantungnya sebuah keluarga terhadap kehadiran seorang ibu. 

Perempuan Jawa dalam kehidupan keluarga pada zaman dahulu juga mendapatkan hak ekonomi yang sama dengan laki-laki. Seorang anak perempuan mendapatkan harta warisan yang sama dengan anak laki-laki. Hal itu mulai berubah ketika pengaruh hukum warisan ala Islam masuk di Indonesia yang membuat perempuan memperoleh harta warisan lebih sedikit di banding laki-laki. 

Meskipun demikian, perempuan dengan harta warisan yang diperoleh dari orang tuanya akan memberikan "posisi yang kuat" ketika ia berumah tangga. Artinya, seorang istri tidak harus terlalu bingung ketika ia bercerai dari suaminya karena secara ekonomi ia masih mempunyai harta warisan dari orang tuanya yang cukup untuk melanjutkan kehidupannya. Di samping peran domestik, perempuan Jawa juga memainkan peran-peran sosialekonomi yang cukup strategis dalam menggerakkan roda kehidupan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun