Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekodramaturgi: Krisis Ekologis dalam Tatapan Teater

24 April 2022   07:13 Diperbarui: 24 April 2022   21:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pementasan Planet-Sebuah Lament karya Sutradara Garin Nugroho di teater Taman Ismail Marzuki, Cikini,Jakarta Kamis(16/1/2020).| KOMPAS.com/DIENDRA THIFAL RAHMAH

Bagi May, teater dan praktik yang menyertainya seperti proses kreatif, proses menonton, dan kritik, memiliki potensi untuk memberikan sumbangsih untuk menyebarluaskan kesadaran terkait ancaman ekologis. Mengapa demikian?

Pertunjukan Bears (Matthew MacKenzie, 2018) yang membawa pesan ekologis. Dok. www.thestar.com
Pertunjukan Bears (Matthew MacKenzie, 2018) yang membawa pesan ekologis. Dok. www.thestar.com

Pertama, teater merupakan pertunjukan yang bisa memproduksi wacana publik yang memengaruhi dan mencerminkan keterkaitan masyarakat dengan lingkungan, dan yang mungkin membantu manusia menuju kepada perubahan sosial yang telah dan akan terjadi sebagai akibat dari perubahan iklim.

Kedua, teater merupakan cetak biru pertunjukan yang menuntut imajinasi kolektif, para aktor dan penonton. Itu tidak bisa dilepaskan dari sifat teater yang langsung, mewujud, dan komunal, sehingga proses memberi-dan-menerima terjadi antara imajinasi, kepekaan, dan pengalaman mendalam dari aktor dan penonton.

Para aktor berimajinasi dan menafsir apa-apa yang mereka dapatkan dari naskah dan apa-apa yang diarahkan sutradara terkait permasalahan tertentu. Sementara, penonton bisa menggunakan ingatan mereka terkait permasalahan yang dihadirkan dalam pertunjukan. 

Kemenyantuan perasaan komunal yang diwujudkan dan respons mendalam, mengingatkan bahwa aktor dan penonton menghuni dunia sebagai organisme yang diwujudkan oleh keberlangsungan pertunjukan. 

Proses timbal-balik dalam teater mendorong dialog tidak hanya antara aktor dan penonton, tetapi juga antara peristiwa pertunjukan dan lingkungan sosial politik (konteks) yang lebih besar di mana pertunjukan itu berlangsung.

Ketiga, teater telah lama berfungsi sebagai situs kekuatan masyarakat sipil. Maksudnya, melalui pertunjukan, masyarakat sipil bertemu dalam forum kreatif yang memungkinkan mereka bertindak. 

Dalam pertunjukan teater, kekuatan sipil bisa mengeksplorasi bermacam pertanyaan tentang kehendak bebas, kesadaran sosial, kewajiban komunitas, kepemimpinan moral, dan konsekuensi sosial dan ekologis dari keangkuhan manusia. 

Dengan datang ke lokasi pertunjukan, penonton bersedia secara kolektif terlibat dalam fiksi, menjadi saksi dan menemukan makna bagaimana menjadikan teater sebagai alat masyarakat sipil yang cukup penting. Teater memupuk nilai-nilai demokrasi dan memperkuat bangunan masyarakat sipil berupa toleransi, empati, dan refleksi diri. 

Sebuah pertunjukan teater yang mengusung tema lingkungan. Dok. www.assitej-international.org
Sebuah pertunjukan teater yang mengusung tema lingkungan. Dok. www.assitej-international.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun