Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekodramaturgi: Krisis Ekologis dalam Tatapan Teater

24 April 2022   07:13 Diperbarui: 24 April 2022   21:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pementasan Planet-Sebuah Lament karya Sutradara Garin Nugroho di teater Taman Ismail Marzuki, Cikini,Jakarta Kamis(16/1/2020).| KOMPAS.com/DIENDRA THIFAL RAHMAH

Pada saat produksinya tahun 1906, kisah Moody tentang seorang perempuan yang setuju untuk menikah dengan seorang penjahat untuk menyelamatkan hidupnya menimbulkan pertanyaan secara nasional. 

Bagaimana pernikahan ini, yang dimulai dengan tindakan penaklukan dengan kekerasan dan pelanggaran, akan bertahan untuk menghidupi keluarga dan rumah tangga? 

Sebagai metafora untuk hubungan Euro-Amerika dengan tanah, Divide memberikan keterlibatan yang rumit dengan kebingungan ini, bersama dengan ukuran penyangkalan yang baik. 

Kedua karya tersebut mencerminkan kerangka dikotomis yang mengkategorikan tanah sebagai pemikiran utilitarian (dimanfaatkan secara mutlak untuk kebahagiaan manusia, terutama dari kelompok dominan) atau pemandangan sebagai jantung gerakan hutan belantara awal yang membentuk kebijakan lingkungan nasional saat ini.

Pertunjukan The Great Divide. Dok. www.thetimes.co.uk
Pertunjukan The Great Divide. Dok. www.thetimes.co.uk

Apa yang tidak kalah penting adalah ketika AS tengah mengejar industrialisasi Eropa, sungai, hutan, dan deposit mineral menjadi bahan mentah kapitalisme industri dan basis kekuatan internasional negara. Gerakan progresif era 1920-an mengimajinasikan alam sebagai "mesin organik," sedangkan banyak dramawan (termasuk Elmer Rice, Sophie Treadwell, dan Eugene O'Neill) prihatin dengan bagaimana teknologi diidolakan. 

Eugene O'Neill, misalnya, memproduksi Dynamo, sebuah drama yang aneh dan meresahkan tentang seorang pemuda yang tergila-gila dengan kekuatan dan potensi pembangkit listrik tenaga air.

Berbicara tentang konteks, apa yang berlangsung dalam pertunjukan yang mengidolakan teknologi berbasis lingkungan, tidak bisa dilepaskan dari bencana ekologis Dust Bowl pada awal 1930-an. Dust Bowl merupakan nama yang diberikan untuk wilayah Dataran Selatan di Amerika Serikat yang dilanda kekeringan dan mengalami badai debu parah selama periode kering pada 1930-an (Sumber). 

Saat angin kencang dan debu yang menyesakkan menyapu wilayah dari Texas ke Nebraska, orang-orang dan ternak tewas dan panen gagal di seluruh wilayah. Bencana ekologis Dust Bowl membawa dampak buruk bagi kehidupan ekonomi yang sudah terpengaruh depresi hebat, sehingga mendorong banyak keluarga petani melakukan migrasi putus asa untuk mencari pekerjaan dan kondisi kehidupan yang lebih baik.

Penampakan Dust bowl di Kansa pada tahun 1935. Dok. www.usatoday.com
Penampakan Dust bowl di Kansa pada tahun 1935. Dok. www.usatoday.com

Kalau dicermati secara kritis, terdapat beberapa faktor ekonomi, pertanian, termasuk kebijakan tanah federal, perubahan cuaca regional, ekonomi pertanian dan faktor budaya lainnya yang menyebabkan Dust Bowl.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun