Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memahami Dinamika Kelisanan dalam Masyarakat

5 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 7 Desember 2021   10:05 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerumunan dalam pertunjukan. Foto: Dok. Pribadi

Karakteristik lain dari tradisi lisan adalah homeostatik. Artinya, masyarakat lisan hidup dalam masa kini dengan menjaga dirinya dalam keseimbangan atau homeostatik dengan membuang memori yang sudah tidak relevan lagi di masa kini. Hal itu tentu berbeda dengan budaya tulis yang mempunyai kamus di mana dengannya kata dengan maknanya bisa tersimpan dalam sebuah database yang setiap saat bisa dibuka dan digunakan kembali dalam konteks kekinian. Dalam budaya lisan, makna kata dikendalikan oleh persetujuan semantik secara langsung, di mana kata digunakan dalam situasi langsung, pada suatu tempat dan waktu masa kini.

Kata dalam kelisanan memperoleh maknanya hanya dari habitat aktual mereka yang tengah berlangsung yang mensyaratkan gesture, perubahan vokal, ekspresi wajah, dan keseluruhan manusia. Dengan demikian kata yang tidak memenuhi kriteria tersebut, meskipun makna masa lampaunya selalu dibentuk dalam kehidupan masa kini dengan berbagai cara, tidak akan lagi digunakan. 

Maka tidak mengherankan ketika generasi muda saat ini gampang sekali meninggalkan tradisi kuno yang disebarluaskan secara kaku dan tidak sesuai dengan konteks kekinian. Mereka lebih memilih atraksi yang membawa semangat kekinian meskipun pada dasarnya berupa transformasi wujud kelisanan pertama menjadi kelisanan kedua, seperti banyak disuguhkan televisi saat ini. Mitos Sangkuriang, bagi generasi muda, mungkin lebih menarik ketika digarap dalam bentuk sinema televisi yang disesuaikan dengan kehidupan anak muda masa kini, daripada harus mendengarkan seorang pendongeng bercerita.

 SITUASIONAL

Budaya lisan cenderung menggunakan pengetahuan dalam kerangka rujukan yang bersifat situasional dan operasional, sehingga meminimalkan abstraksi dan lebih mendekatkan konsep dengan kehidupan manusia yang sebenarnya. Dalam budaya lisan, pemikiran tentang sebuah konsep tidaklah bersifat abstrak, tetapi lebih banyak mengambil rujukan langsung dari pada apa-apa yang dikenal dan biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 

Implikasi dari pemikiran seperti itu adalah tidak adanya klasifikasi yang terlalu abstrak dalam masyarakat lisan. Klasifikasi lebih didasarkan pada nilai kegunaannya bagi masyarakat yang bersangkutan. Ketika warga masyarakat bertradisi lisan disuruh menjelaskan apa itu 'pohon', maka tidak akan bisa menjelaskan apa definisi pohon secara abstrak, tetapi ia akan lebih memilih menunjuk langsung pada pohon yang biasa mereka temui. Pohon ya pohon, tidak perlu dijelaskan lagi.

BUDAYA VERBOMOTOR, INTERIORITAS BUNYI, KOMUNALITAS, & KESAKRALAN 

Dari penjelasan tentang karakteristik kelisanan di atas, kita bisa melihat betapa masyarakat bertradisi lisan sangat bergantung sepenuhnya pada peran tuturan lisan dalam membangun sistem sosial dan struktur masyarakatnya. Kondisi itulah yang kemudian melahirkan konsep budaya verbomotor. 

Budaya verbomotor merupakan budaya di mana praktik tindakan dan sikap terhadap isu-isu tertentu secara signifikan lebih bergantung pada penggunaan efektif kata-kata sehingga pada interaksi manusia lebih didasarkan pada pernjumpaan dan komunikasi verbal. 

Berlangsungnya budaya verbomotor dalam masyarakat lisan berpengaruh pada pola masyarakat yang lebih bersifat komunal. Masyarakat dengan budaya lisan merasa menjadi satu kesatuan yang mengikat mereka secara psikis melalui interaksi dan komunikasi lisan. 

Dari percakapan lisanlah mereka mendapatkan informasi dan pengetahuan dari orang-orang lain dalam satu komunitas. Akibatnya, sistem yang berkembang adalah keterbukaan, berbeda dengan budaya tulis yang cenderung mengembangkan sistem tertutup dan menghilangkan partisipasi langsung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun