Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selalu Mengingat Para Guru Hebat: Sebuah Testimoni

25 November 2021   11:58 Diperbarui: 25 November 2021   13:13 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Nanik Setiawan

Saya mengalami masa-masa belajar di level dasar dan menengah dalam "tiga dunia". Dunia pertama adalah dunia dusun yang saya lalui sewaktu SD. Dunia kedua adalah dunia kota kecil kecamatan ketika belajar di bangku SMP. Dunia ketiga adalah dunia kota sedang ketika belajar di bangku SMA.

Dari "tiga dunia" tersebut, saya berjumpa dengan para guru  yang ikut membentuk jalan hidup saya, khususnya dalam hal belajar, pemikiran, dan dedikasi kepada ilmu pengetahuan dan pendidikan.

MASA-MASA SD

Saya menikmati masa pendidikan dasar di SD Karangsambigalih 1 yang terletak di Dusun Sambiroto, Desa Karangsambigalih, Kecamatan Sugio, Lamongan, Jawa Timur. Bangunan SD ini berbentuk letter U dengan lapangan upacara di tengah.

Bukan bangunan megah, tetapi cukup membuat saya dan kawan-kawan sebaya bahagia dan nyaman untuk belajar mengenal pengetahuan dan dunia. Beberapa pohon tumbuh di bagian depan, memberikan keteduhan ketika matahari sedang terik. Beberapa penjual jajan dan minuman menemani hari-hari kami yang hanya memiliki uang Rp. 25,- atau, paling banyak, Rp. 50,-.

Para guru di SD ini mengenalkan kami kepada bidang-bidang ilmu dasar seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial serta pengetahuan berbangsa seperti bahasa Indonesia, pendidikan moral Pancasila (PMP), dan pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB). Tidak ketinggalan pula, pendidikan agama.

Kesabaran menjadi modal utama para guru ketika mengajari anak-anak dusun yang tidak pernah mengenal pendidikan taman kanak-kanak. Kami yang awalnya tidak bisa membaca dan menulis ketika masuk kelas 1, menjelang kenaikan kelas 2 sudah bisa melakukan kedua aktivitas dasar tersebut.

Bu Kartini, nama guru kelas 1 kami, dengan penuh kasih sayang mengajari bagaimana cara membaca "Ini Ibu Budi" dan "Ini Bapak Budi". Beliau juga sangat telaten membimbing jemari kami untuk menulis huruf dan merangkainya menjadi kata dan kalimat.

Tentu saja, kelas-kelas berikutnya dengan guru kelas yang berbeda, kami mengalami dinamika yang hampir sama. Pak Tomo, Pak Imam, Pak Tony, Pak Hartono, Pak Sukiman, dan yang lain menghadirkan bermacam pengetahuan, keindonesiaan, dan keagamaan dalam banyak senyum, meskipun tidak jarang memberikan hukuman.

Hukumannya pun beragam, dari berdiri di pojok kelas, menulis permintaan maaf sampai seratus kali, dijewer, sampai dipukul dengan penggaris pada bagian betis. Apakah saya marah atau benci dengan mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun