Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjelang Senja di Kali Bedadung dan Dua Puisi Lainnya

10 Desember 2021   15:03 Diperbarui: 10 Desember 2021   17:54 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bermain di Kali Bedadung ketika kemarau. Foto: Dok. Pribadi

MENJELANG SENJA DI KALI BEDADUNG

Maka, biarkan mereka berpesta dalam persengkokolan yang dirayakan bersama tembang merdu. Biarkan saja mereka meneruskan pengkhianatan dalam gelimang tepuk tangan. Biarkan saja mereka menghitung angka demi angka dalam kesepakatan indah di bawah meja.

Kita di sini saja, belajar dari bocah-bocah yang mengalirkan gembira bersama panas hendak mencumbu senja. Kita dengarkan cerita-cerita kecil bersama orang-orang biasa yang bersenandung memeluk keikhlasan. Mari kita tuntaskan puji-pujian; tanpa berbelit tanpa senyum culas karena semesta adalah kebenaran yang tak akan bisa dimanipulasi. 

Kita di sini saja, di hutan bambu, di tepi kali: belajar dari senja yang begitu baik menjemput malam. Mari kumpulkan energi dengan bahagia untuk doa yang kita titipkan kepada air, angin, dan tanah. Mari kita tuntaskan mantra-mantra sederhana yang akan kita haturkan pada waktu hening menjelang pagi.

Biarkan pengkhianatan menemukan hukumnya sendiri.

Jember, 4 Desember 2019

Loudspeaker & bambu di Kali Bedadung. Foto: Dok. Pribadi
Loudspeaker & bambu di Kali Bedadung. Foto: Dok. Pribadi
MENJEMPUT RITUAL

Maka, tak perlu janji membusa karena kesetiaan akan dinilai oleh gerimis yang selalu memberi jalan kepada hujan.

Kita nikmati saja kebahagiaan hari ini dengan kidung yang menggurihkan sukma dengan cerita yang mendinginkan raga dengan senyum yang tak perlu diminta.

Kita di sini saja menikmati angin yang mulai hadir menemani bisik pelan dari istana raja: ada jiwa-jiwa yang menyerahkan hati kepada perselingkuhan para pengabdi.

Kita di sini saja merasakan senja yang mulai bertutur tentang mereka yang merasakan kemenangan dalam rapuhnya senandung malam, sedang, pengkhianatan menemukan hukumnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun