Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Panggilan dari Hutan Larangan (2)

19 Juni 2020   07:19 Diperbarui: 19 Juni 2020   07:39 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Iya...iya, Bapak percaya. Kamu kan sudah gedhe. Ngomong-ngomong, ajaklah dia main ke rumah, biar Bapak dan Ibu kenal.”

“Bener, boleh?”

“Ya, bolehlah. Kan sahabatmu, kenapa mesti tidak boleh?”

“He...he...he...takutnya Bapak dan Ibu marah. Kalau begitu, nanti kalau aku sudah kelar ujian skripsi, dia aku ajak main ke rumah ya, Pak?” Bapak hanya mengangguk sambil mengelus rambut panjanya.

Hal itulah yang selalu membuat Nandi merasa senang dan nyaman. Bapak tidak pernah mengekangnya, tapi selalu mengingatkan untuk menjaga diri. Bapak sering bilang, semakin ia dikekang semakin memberontak. Sampai-sampai ketika ia memutuskan mengambil kuliah di jurusan Sejarah, dia juga tidak pernah melarang. Nandi memilih jurusan ini karena suka dengan dongeng almarhumah Mbah Putri ketika menceritakan bagaimana perjuangan almarhum Mbah Kakung dan kawan-kawannya di masa Belanda. Sampai-sampai Mbah Putri sering ditinggal bergerilya di hutan. 

Waktu sudah merdeka, Mbah Kakung diajak teman-temannya untuk daftar jadi tentara supaya bisa dapat gaji veteran, tapi tidak mau. Menurutnya, perjuangan tidak perlu pangkat dan gaji. Untuk urusan rezeki, dia masih bisa bekerja, menggarap beberapa petak sawah. Bagi Nandi belajar sejarah sangat menarik. Padahal, kata orang-orang jurusan Sejarah tidak akan memberikan kejelasan masa depan. Waktu itu ia hanya berpikir, pekerjaan adalah takdir Tuhan yang tidak bisa ditebak. Belum tentu mahasiswa Ekonomi akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, seperti tiga sarjana ekonomi di desanya yang lebih memilih menggarap sawah di desa karena tidak mendapat pekerjaan di kota.   

Ketika matahari mulai panas, mereka berdua memutuskan pulang. Di perjalanan, mereka berpapasan dengan beberapa petani. Bapak menyapa mereka. Sampai di rumah, Nandi kaget melihat mobil sedan parkir di halaman. Bapak mengatakan kalau itu mobil Bandi, keponakan jauhnya dari kota Banyuwangi. Benar, dia sedang berada di ruang tamu bersama Ibu. Nandi menyalaminya, sebelum minta izin mandi.

Sehabis mandi, mengenakan celana jeans dan kaos, ia menemaninya, berbincang santai di ruang tamu. Seperti lelaki kebanyakan, Bandi juga bertanya apakah Nandi sudah punya pacar. Ketika ia jawab belum punya, Bandi tidak percaya. Begitulah lelaki kalau ada maunya, selalu berpura-pura tidak percaya sembari menggunungkan harapan untuk mendapatkan cintanya. Sebuah trik purba yang selalu diyakini manjur untuk membuat perempuan tersanjung, meskipun tidak dalam konteks Nandi. Tidak lama berbincang, Bandi mengajaknya makan rujak-soto di tempat langganannya di Cluring. Setelah mendapatkan izin dari Bapak dan Ibu, mereka menuju Cluring. 

Sambil menikmati rujak-soto, Bandi mengatakan akan membelikannya HP, biar bisa tambah akrab. Nandi menolak karena tidak ingin merasa berhutang budi kepadanya. Seringkali cinta harus dipaksakan oleh banyak perempuan karena mereka merasa tidak enak telah memperoleh banyak fasilitas dari lelaki. Untuk meredam keinginannya, Nandi memberinya nomor telepon kos. Akhirnya, dia tidak lagi memaksanya dan mereka segera pulang.

“Menurutmu Mas Bandi, gimana, Nduk?” tanya Ibu ketika Nandi menemaninya mempersiapkan makan siang di dapur.

“Halah, Ibu ini, biasalah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun