Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pranata Mangsa, Pengetahuan Musim Tanam yang Mulai Ditinggalkan

18 Juni 2020   22:59 Diperbarui: 19 Juni 2020   09:30 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum peradaban Budha dan Hindu masuk ke tanah nusantara, khususnya Jawa, masyarakat petani diyakini telah mengola lahan-lahan persawahan dengan memperhatikan patokan musim. 

Pada musim tertentu mereka akan menanam padi. Pada musim tertentu pula mereka menanam palawija. 

Jauh sebelum sistem penanggalan ada, para petani Jawa diperkirakan menggunakan pengamatan mereka untuk mengetahui tanda-tanda yang muncul dalam musim tertentu di mana dari pengamatan tersebut mereka bisa menentukan tanaman apa yang harus ditanam. 

Pengetahuan tradisional tentang penentuan dan pengaturan musim yang digunakan dalam pertanian inilah yang disebut pranata mangsa (pengaturan musim).

Menurut catatan Sindhunata (2008), pranata mangsa mulai dibakukan sebagai khasana pengetahuan Jawa oleh Sri Susuhunan Paku Buawana VII di Surakarta, pada tanggal 22 Juni 1855. Namun, usaha pembakuan tersebut berasal dari tradisi pranata mangsa yang sudah berkembang di kalangan petani Jawa. 

Tujuan dari pembakuan tersebut adalah sekedar menguatkan sistem penanggalan yang mengatur tata kerja kaum tani dalam mengikuti peredaran musim dari tahun ke tahun agar mereka tidak mengalami kerugian. Berdasarkan pengaturan musim inilah, masyarakat Jawa sejak dulu terkenal sebagai petani handal.

Dalam pranata mangsa, satu tahun dibagi menjadi 12 mangsa (Sindhunata, 2008). Dari keduabelas mangsa tersebut, bisa dibagi ke dalam empat mangsa utama, yakni: (1) mangsa terang (82 hari); (2) mangsa semplah (99 hari); (3) mangsa udan (86 hari); dan, (4) mangsa pengarep-arep (98 hari). 

Serupa dengan pembagian tersebut, juga ada pembagian mangsa utama seperti berikut: (1): mangsa katiga (88 hari); (2) mangsa labuh (95 hari): (3) mangsa rendheng (94 hari); dan, (4) mangsa mareng (88 hari). Berikut ini adalah pembagian pranata mangsa dalam satu tahun. 

Kasa (pertama), 22 Juni - 1 Agustus, dengan karakter "lir sotya murca saka ngembanan" (intan jatuh dari tatahan). Karo (kedua), 2 Agustus - 24 Agustus, dengan karakter "bantala rengka" (tanah retak). 

Katelu (ketiga), berkarakter "suta manut ing bapa" (anak menuruti bapak). Kapat (keempat), 18 September - 12 Oktober, berkarakter "waspa kumembeng jroning kalbu" (airmata tersimpan dalam hati). 

Kalima (kelima), 13 Oktober - 8 November, berkarakter "pancuran mas sumawur ing jagad" (pancuran emas berhamburan di bumi). Kanem (keenam), 9 November - 21 Desember, berkarakter "rasa mulya kasucen" (rasa mulia yang berasal dari kesucian). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun