Mohon tunggu...
DEFIA CHANSHA
DEFIA CHANSHA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Life is a change

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Masyarakat Desa terhadap Pendidikan Formal

29 Juni 2021   15:31 Diperbarui: 29 Juni 2021   15:38 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PANDANGAN MASYARAKAT DESA TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL

Telah kita ketahui bersama bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan, baik itu pendidikan Formal maupun Nonformal. Di zaman era globalisasi ini teknologi sangatlah maju dan berkembang oleh karena itu harus diimbangi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. akan tetapi masih ada beberapa masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting, mengapa demikian?

Kebanyakan masyarakat beranggapan " untuk apa berpendidikan tinggi jika akhirnya nganggur dan tak sukses" atau " untuk apa perempuan berpendidikan tinggi jika akhirnya tetap mengurus rumah" hal seperti inilah yang sangat sering di ucapkan oleh masyarakat pedesaan terutama masyarakat yang berhaluan kolot atau konserfatif.

Meskipun ada program wajib belajar yang gencar digalakkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). dalam program ini diwajibkan setiap warga Negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (Sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar  

video meliputi Sekolah Dasar (SD) atau sederajat selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat selama 3 tahun.Namun hal itu tidak begitu berpengaruh banyak bagi para masyarakat pedesaan.

Keadaan ekonomi merupakan salah satu alasan masyarakat desa banyak yang tidak bersekolah, meskipun banyak sekolah-sekolah yang digratiskan untuk mereka akan tetapi ada beberapa alat yang harus dibeli sendiri dan hal itu yang menjadi penghalang mereka bersekolah. 

di pedesaan kebanyakan masyarakat bersekolah hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat itu sangat sedikit apalagi yang melanjutkan dalam jenjang perkuliahkan. 

Banyak anak pedesaan yang menginginkan Sekolah hingga perkuliahan akan tetapi orang tua mereka memiliki paham kolot yang mengatakan sekolah apalagi kuliah itu tidak perlu,tidak ada gunanya dan hanya buang buang uang saja. pandangan atau paham seperti itu timbul akibat banyaknya para sarjana-sarjana yang menganggur setelah meraih gelar sarjana. 

Anggapan Masyarakat Tersebut bila dilihat secara meluas atau menyeluruh tidak salah, karna banyak sekali para sarjana yang menganggur itu dikarenakan kurangnya lapangan kerja atau terbatasnya lapangan kerja yang sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan di bangku perkuliahan dan banyaknya perguruan tinggi yang kurang berkualitas sehingga melahirkan sarjana yang tidak berkualitas juga.

Tapi apabila masyarakat sedikit memperluas pemikirannya mengenai pendidikan perkuliahan, mereka akan menganggap pendidikan yang semakin tinggi tentunya idaman bagi mayoritas orang dan sangat terjamin. apalagi orang tua yang memiliki anak yang menyandang status sarjana itu adalah kebanggaan yang tak ternilai harganya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun