Mohon tunggu...
Dee Hwang
Dee Hwang Mohon Tunggu... penulis -

Seorang pencerita lokalitas; Pemain Biola di SAMS Chamber Orchestra Jogjakarta. (dee_hwang@yahoo.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gempa!

3 Juli 2016   22:31 Diperbarui: 4 Juli 2016   03:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melihat Suwardi yang terenap, anak raksasa itu seakan bertingkah. Suwardi tergagap ketika tangan raksasa itu meraup benda merah cabai dari dalam kawah. Benda itu mirip kerikil, diselimuti nyala api dan membumbungkan asap putih. Anak raksasa yang telah muncul dalam prasangka Suwardi semalam, melompat senang sambil melemparkannya ke arah Suwardi. Ketika meluncur, benda itu mengeluarkan bunyi menjerkah-jerkah. Suwardi kaget bukan kepala!

Semua berlangsung sangat cepat. Truk pembawa buruh teh terkena lemparan dan langsung terbakar. Pondok penimbangan roboh dan menimpa manusia yang ada di bawahnya karena getaran. Beruntung Suwardi sudah melompat. Ia berlari, meringkuk di bawah rimbunan batang teh sambil mencengkram dedaunan, Pijakan mulai bergoyang-goyang; anak raksasa itu melompat-lompat karena Jangkrik bernama Suwardi ini ketakutan. Jangkrik! Dalam pandangan perkebunan teh sudah merupa lautan api. Mana sempat Suwardi memperhatikan dimana pemetikteh, mana mandor petik, apalagi asistennya yang sialan itu!

Mendapati Suwardi berkecumik tentang gempa, terkencing-kencing, sambil menutupi kepala usai disapa asisten mandor, Kasman dan istrinya saling cubit. Gosip laki bini ini semalaman tentang Suwardi akan gila karena ditinggal mantan kekasihnya yang menikah dengan asisten mandor itu terbukti benar. Mandor menepuk pundak asistennya yang serba salah. Para pemetik teh yang lain tak heran dibuatnya. Sungguh tidak ada gempa hari ini. Karena gempa yang dialami Suwardi itu berasal dari dalam dadanya sendiri.

*****

(Dimuat di Radar Bromo -  Jawa Pos Group edisi minggu, 3 Juli 2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun