Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Pangan Sedunia, Yuk Ajak Anak Makan Makanan Bergizi!

16 Oktober 2019   19:23 Diperbarui: 16 Oktober 2019   19:22 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin malam, pesan WhatssApp saya berbunyi. Pesan dari grup kelas si sulung. Isinya, meminta besok anak-anak membawa makanan yang bergizi. Besok ada peringatan Hari Pangan Sedunia!

Hari Pangan Sedunia

Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Sejarah hari pangan ini dimulai dengan pertemuan negara-negara yang bergabung dalam Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO) pada tahun 1979. Namun usulan peringatan hari pangan ini berasal dari perwakilan Honggaria. Saat itu, Pal Romany selaku Menteri Pertanian dan Pangan Hongaria mengusulkan untuk merayakan hari pangan sedunia untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan.

Tahun ini tema perayaan hari pangan sedunia di Indonesia memiliki tema "Teknologi Industri Pertanian dan Pangan menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045". Persoalan pangan di Indonesia masih berfokus pada pemenuhan gizi. Gizi buruk masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Berdasarkan penelitian dari Tirto, pada tahun 2018 terdapat 14 dari 34 propinsi di Indonesia yang punya proporsi gizi buruk. Sementara itu data dari Riskesdas 2018, 30,8% balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi dan stunting.

Tahun ini ada empat masalah utama yang menjadi perhatian dalam peringatan hari pangan sedunia. Pertama, lingkungan yang tidak sehat. Terjadi kerusakan lingkungan sebesar 50-90 persen akibat pertambahan industri pangan. Kedua, berkurangnya keragaman. Dari sekitar 6000 spesies tanaman budidaya pangan sepanjang sejarah umat manusia, hanya 8 spesies yang memasok lebih dari 50 persen kalori kita.

Ketiga, ancaman iklim. Perubahan iklim tak hanya merusak tanaman namun juga mengacaukan panen dan bahkan mengurangi kualitas gizi. Keempat, lingkaran setan. Berbagai bentuk kekurangan gizi bisa terjadi pada keluarga yang sama dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Ajak Anak Makan Makanan Bergizi
Saya sangat mengapresiasi pada langkah yang dilakukan sekolah si sulung. Guru memberitahu kami untuk membawakan anak bekal makanan bergizi dengan menu yang dipilihkan sekolah.

Menu-menu tersebut antara lain :
Ubi rebus
Jagung rebus
Singkong rebus
Kentang rebus
Nasi Kuning
Bubur Ayam
Bubur sagu
Salad buah

Dari menu yang sudah dipilihkan oleh sekolah tersebut tujuannya selain mengajak anak makan makanan bergizi juga untuk mengenalkan anak pada ragam bahan makanan. 

Bahwa tak harus makan nasi, kita bisa makan umbi-umbian juga sagu. Indonesia kaya akan bahan makanan. Maka patutlah kita mencoba semuanya. Dengan begitu tujuan hari pangan sedunia tahun ini akan tercapai. Menuju Indonesia sebagai lumbung pangan. Tak lagi tergantung pada beras. Jadi bisa mengurangi kuota impor beras, hehe.

p-20191016-061104-ll-5da707d80d823056e67c6462.jpg
p-20191016-061104-ll-5da707d80d823056e67c6462.jpg
Oh ya dari menu yang ditentukan oleh sekolah, si sulung memilih bubur ayam. Bubur ayam menjadi pilihan yang tepat. Sebab seporsi bubur ayam mencakup makanan empat bintang (karbohidrat, protein nabati, protein hewani dan kacang-kacangan).

Bubur ayamnya memang tidak buat sendiri. Maklum keterbatasan waktu . Tetapi tetap berusaha minim sampah. Membawa wadah sendiri untuk menghindari pemakaian sterofoam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun